Parapuan.co - Terkait berbagai kasus perundungan di institusi pendidikan yang menelan korban, langkah antisipasi mulai perlu dilakukan oleh banyak pihak.
Menciptakan rasa aman sebagai wujud nyata menyikapi banyak kasus perundungan di sekitar kita harus dilakukan.
Lalu, bagaimana menciptakan rasa aman dari perundungan, terutama jika kemungkinan kasus terjadi di lingkungan sekolah?
Psikolog Prof. Dr. Juke R. Siregar, M.Pd. menyampaikan pendapatnya saat menjadi pembicara di webinar bersama YPUI (Yayasan Psikologi Unggulan Indonesia), Jumat (7/10/2022).
Melalui siaran pers yang diterima PARAPUAN, Juke R. Siregar memaparkan bahwa perundungan selalu ada.
Oleh karena itu, orang tua, sekolah, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar anak, yaitu kebutuhan akan rasa aman.
"Karena sebagian besar waktu anak berada di sekolah, maka sekolah memegang peranan yang sangat penting," ungkap Juke.
Sekolah merupakan wadah bagi anak dan remaja mengekspresikan diri dan belajar hidup berkelompok.
Sekolah juga tempat kumpulan orang dewasa, yaitu personel sekolah seperti guru yang mampu mengembangkan potensi, keterampilan sosial, emosi, nilai, serta mampu bahkan wajib menciptakan lingkungan aman.
Baca Juga: Orang Tua Harus Tahu, Ini 3 Cara Mendampingi Anak Korban Bullying
Untuk mengembangkan itu semua, sekolah secara internal harus memantapkan norma sosial, mengembangkan tingkah laku pro-sosial dan menghentikan perundungan.
Hal sederhana yang bisa dilakukan ialah sekolah dapat membentuk tim prevensi, misalnya counselor atau guru yang mengerti tentang perkembangan anak dan tentang perundungan.
Selain itu, tim agen perubahan yang terdiri dari anak (peer group) dengan pengaruh dan kualifikasi tertentu juga harus dibentuk.
Mereka perlu diberi pelatihan terlebih dulu, tentang bagaimana mereka bisa membantu teman-temannya dan mencegah perundungan.
Sekolah pun bisa membuat Program Edukasi tentang perundungan bagi personil sekolah, orang tua, juga siswa.
Kebijakan tentang menghadapi perundungan, pengembangan nilai-nilai sekolah disusun bersama dengan melibatkan siswa.
Evaluasi tentang kondisi lingkungan sekolah juga perlu dilakukan, seperti melakukan pengawasan di area sekolah yang sepi bila tidak sedang digunakan.
Secara eksternal, sekolah perlu melakukan kolaborasi dengan masyarakat maupun organisasi terkait, seperti Pusat Pembelajaran Keluarga yang berada di bawah koordinasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak.
Baca Juga: Tak Hanya Korban, Menurut Psikolog Perundungan Juga Bisa Berdampak Buruk bagi Pelaku
Selain itu, sekolah dapat pula bekerja sama dalam kegiatan atau kolaborasi dengan sekolah lain untuk melakukan kompromi tentang nilai-nilai yang berujung pada kasih sayang, toleransi, dan saling menghargai.
Bila perlu, sekolah juga bisa mengundang tokoh yang diidolakan anak untuk berbagi pengalaman yang pada dasarnya adalah penanaman nilai positif anti perundungan.
Kurang lebih, itulah beberapa cara menciptakan rasa aman pada anak dari perundungan di sekolah, baik secara internal maupun eksternal.
Mudah-mudahan informasi di atas berguna bagi Kawan Puan, ya. Semoga anak-anak kita dijauhkan dari perundungan.
(*)