Di saat sirkuit kontrol diri seimbang, kontrol impuls memadai menghentikan seseorang dari berselingkuh.
Akan tetapi, ketika aktivitas PFC rendah, terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan seseorang menyerah pada keinginan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya.
Aktivitas rendah di PFC inilah yang membuat orang lebih mungkin untuk bercerai.
3. Faktor Testosteron
Hendaknya dipahami pula bahwa laki-laki dengan kadar testosteron tinggi, lebih mungkin untuk melakukan perselingkuhan daripada yang kadar testosteronnya lebih rendah.
Testosteron sendiri berhubungan dengan suasana hati, motivasi, dan seksualitas.
Tingkat testosteron yang tinggi dikaitkan dengan empati yang lebih rendah dan hawa nafsu yang tinggi, sehingga orang pun lebih mungkin berselingkuh.
4. Kondisi Otak
Kondisi otak juga berpengaruh pada perselingkuhan, sebab otak seseorang yang setia berbeda dari yang selingkuh.
Dalam siaran pers ini, Coach Pris juga berpesan untuk mencegah terjadinya perselingkuhan, sebaiknya pasangan saling mengenal kondisi satu sama lain sebelum menikah.
Dengan lebih mengenal satu sama lain, maka kamu pun lebih bisa memahami kondisi pasangan dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki kondisi.
Pasalnya, pasangan yang sehat akan membentuk anak yang sehat, kemudian memeengaruhi lingkungan sekitar menjadi lebih sehat juga.
Nah, Kawan Puan, jadi pastikan sebelum menikah, alangkah baiknya kenalilah pasanganmu lebih mendalam, dan ajak diskusi tentang banyak hal ya.
Baca Juga: Disebut-sebut Ayu Dewi saat Bahas Perselingkuhan, Apa itu Pap Smear?
(*)