Parapuan.co – Kawan Puan, masa kanak-kanak adalah periode yang sangat menentukan kehidupan seseorang di masa selanjutnya.
Idealnya, bagi seorang anak masa itu seharusnya berisi aneka pengalaman hidup yang berdampak positif bagi perkembangan fisik, kognitif, emosi, dan sosial.
Namun, banyak di antara anak-anak tidak seberuntung itu dalam masa tumbuh kembangnya.
Salah satu penyebab adalah trauma psikologis, yakni pelukaan jiwa atau batin dan mempunyai dampak jangka panjang yang serius.
Peristiwa traumatis menjadi peristiwa yang mengubah perjalanan hidup seseorang (life changing event) yang jika tidak ditangani dengan semestinya akan berdampak buruk bagi yang mengalaminya.
Penyebab Peristiwa Traumatis
Pelukaan jiwa atau batin banyak penyebabnya, termasuk pada anak. Misalnya, peristiwa bencana alam, konflik hingga dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak anak Indonesia juga mengalami pengalaman traumatis karena memperoleh berbagai bentuk hukuman fisik dan verbal (caci-maki) dari orang-orang sekitar.
Bahkan penyebab pengalaman traumatis tersebut bisa datang dari orang tuanya, perlakuan buruk oleh guru hingga teman-teman sekolah (perundungan).
Baca Juga: Psikolog Sebut Cara Menciptakan Rasa Aman dari Perundungan di Sekolah
Pengalaman Traumatis
Pertama, dalam perjalanan hidup, pengalaman traumatis mungkin tidak hanya terjadi satu kali. Terutama jika pertama kali terjadi adalah di masa kanak-kanak.
Efek traumagenik dari pengalaman buruk di masa kanak-kanak mempunyai dampak luar biasa pada aspek neurologis, kognitif, dan afektif sehingga para penyintas akan mewarisi kerentanan untuk mengalami reviktimisasi di kemudian hari.
Kedua, kebanyakan korban trauma atau penyintas tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pengalamannya kepada orang lain.
Hal ini menyebabkan deteksi dan pertolongan dini jarang sekali dapat dilakukan. Akibatnya, mereka berjuang sendiri menjadi penyintas dalam situasi cemas selama bertahun-tahun.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Beberapa aspek dari pengalaman traumatis yang perlu diperhatikan adalah:
- Sifat peristiwanya yang “luar biasa” sehingga mengakibatkan.
- Reaksi psikologis yang luar biasa (ketakutan atau ketidakberdayaan).
Baca Juga: Hal-Hal yang Perlu Dihindari Orang Tua dalam Menyikapi Perundungan Menurut Psikolog
- Pada usia berapa perisitiwa itu dialami, siapa pelakunya, berapa lama berlangsung, dan berapa sering dialami, sendirian atau bersama banyak orang lain.
Para ahli kesehatan mental menyatakan bahwa pengalaman traumatis sering menimbulkan krisis kesehatan mental yang serius dan dapat menyebabkan indvidu mengalami kondisi lebih parah seperti gangguan emosi pascapaparan (PTSD), yang mengharuskan individu memperoleh perawatan kesehatan jiwa untuk jangka panjang.
Para penyintas membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk keluar dari dampak peristiwa traumatis, pulih, dan menjadi bertumbuh.
Hal ini antara lain disebabkan adanya perbedaan fase traumagenik antarpenyintas. Sebagai contoh, proses pemulihan bagi mereka yang mengalami peristiwa traumatis karena kekerasan fisik atau seksual dalam jangka panjang dan bertubi-tubi dari orangtua menjadi sangat berat karena mereka telah dikondisikan sebagai subjek yang selalu tidak berdaya.
Bahkan sering kali mereka membutuhkan bantuan eksternal dari tenaga kesehatan profesional untuk dapat bertahan hidup secara fungsional.
Salah satunya adalah dengan buku Trauma dengan Perhatian Khusus pada Masa Kanak-Kanak karya Prof. Irwanto, Ph.D., Psikolog dan Hani Kumala, M.Psi., Psikolog.
Buku ini dimaksudkan untuk memberikan informasi pada orang tua, guru, psikolog, psikiater, pekerja sosial yang berhubungan dengan anak agar lebih siap untuk melihat, mendengar, dan tertarik membantu.
Hanya dengan kesiapan dan keterampilan demikian, kita dapat menolong anak atau siapa pun yang mengalami trauma, tetapi tidak pernah berani memberitahu orang lain.
Baca Juga: Anak Alami Perundungan, Ini Strategi yang Bisa Dilakukan Orang Tua Menurut Psikolog
Pertolongan dini merupakan intervensi yang penting untuk mencegah dampak negatif jangka panjang dari pengalaman traumatis anak.
Kawan Puan, buku ini menjelaskan berbagai pandangan mengenai pengalaman traumatis hingga penjelasan dari sudut pandang psikologi positif yang mencerahkan.
Kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak semua korban mengalami keterpurukan, banyak dari mereka yang justru memaknainya sebagai sebuah pelajaran mengenai hidup.
Oleh karena itu, mereka justru bertumbuh, bangkit dan menjadi individu yang lebih matang. Inilah yang disebut sebagai Posttraumatic Growth (PTG).
Dalam buku ini juga, Kawan Puan dapat menemukan beberapa saran praktis ketika menjadi relawan dan ingin membantu orang yang mengalami peristiwa traumatis.
Tidak hanya sebagai buku pengantar untuk mulai memahami gejala psikologis dan kondisi kesehatan mental individu, buku ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pencerahan pribadi untuk pengembangan diri menjadi individu yang semakin matang.
Buku Memahami Trauma dengan Perhatian Khusus pada Masa Kanak-Kanak pada anak bisa Kawan Puan dapatkan di Gramedia.com.
Baca Juga: Cegah Perundungan, Psikolog Ungkap Strategi 8K dalam Mendidik Anak
(*)