Belajar Fan Service ala Korea Selatan, Tak Sekadar Prestasi Estetik Tapi Juga Nilai Etik

Rizka Rachmania - Selasa, 11 Oktober 2022
Belajar ilmu fan service ala Korea Selatan yang tidak sekadar estetik namun juga menjunjung nilai etik.
Belajar ilmu fan service ala Korea Selatan yang tidak sekadar estetik namun juga menjunjung nilai etik. Robert vt Hoenderdaal

Parapuan.co - Nama musisi Indonesia, Pamungkas, tengah jadi pembicaraan publik di media sosial gara-gara aksi panggungnya saat dirinya tampil dalam sebuah acara musik.

Saat tampil di atas panggung, Pamungkas menggosokkan smartphone salah seorang fans ke bagian alat vitalnya.

Aksi panggung Pamungkas yang ia sebut sebagai fan service itu pun mendapat komentar dari berbagai netizen di media sosial.

Namanya pun sempat trending kala videonya itu diunggah ke Twitter hingga banyak menghadirkan respons.

Ada yang beranggapan kalau aksi Pamungkas itu termasuk tindakan tak senonoh yang seharusnya tidak dipertontonkan di atas panggung.

Namun, Pamungkas sendiri mengklarifikasi bahwa aksinya itu adalah bagian dari fan service, interaksi antara dirinya dengan fans yang hadir.

"Ngapain kayak gitu? Ini lagi manggung, Bang, itu adalah sebuah video yang di screen record, dipotong, digoreng," ucap Pamungkas dalam unggahan Instagram Storynya di akun @pamunqkas, Senin, (10/10/2022).

"Saat itu terjadi, murni saya melakukan fan service antara saya dan penggemar, bagian dari pertunjukan, bagian dari aksi panggung," imbuhnya.

Bicara soal fan service, Korea Selatan adalah salah satu negara di Asia yang punya manajemen fan service tidak sekadar mengunggulkan nilai estetik tapi juga etik.

Baca Juga: Video Viral Pamungkas Disebut sebagai Fan Service, Pengamat Sosial Beri Tanggapan

Pelajaran Etika dan Moral untuk Calon Idola Kpop

Negara di Asia ini mengelola dengan baik industri hiburannya, bahkan ada pelajaran khusus yang diberikan kepada calon idola Kpop sebelum dirinya debut.

Korea Selatan tak sekadar memiliki fan service yang asal demi menghibur penggemar, namun menanamkan nilai dan budaya mereka di dalamnya.

"Korea Selatan salah satu negara yang memang secara terstruktur, sistematis, dan masif mengelola industri hiburannya," ucap Devie Rahmawati, pengamat sosial dari Vokasi Universitas Indonesia (UI).

Saat dihubungi oleh PARAPUAN hari Senin, (10/10/2022), Devie Rahmawati menyebutkan bahwa Korea Selatan punya mekanisme bagaimana idola Kpop berinteraksi dengan fansnya.

Idola Kpop ini bahkan sudah dididik dan dilatih sejak sebelum mereka debut sebagai idol dan berinteraksi dengan fansnya.

"Karena ketika seseorang sudah memilih untuk menjadi seorang selebriti, seorang penyanyi, atau seorang seniman, maka dari kecil itu sudah serius sekali," ucap Devie.

"Dididik, di-coaching berjam-jam sudah seperti pekerjaan sehari 8 jam, itu mereka belajar nyanyi, belajar vokal," tambahnya.

Dalam pelatihan yang disebutkan oleh Devie, seorang calon idola Kpop juga belajar soal etika dan moral yang harus terus ia bawa dan tegakkan selama menjadi idola dengan banyak fans.

Baca Juga: Sering Dapat Stigma Negatif, Fandom Ternyata Bisa Bikin Penggemar Merasa Berharga

Jadi ketika seorang idol Kpop ini debut, entah sebagai solois maupun member boy group atau girl group, mereka sudah memegang etika dan moral yang akan terus ia bawa sepanjang berkarier di dunia hiburan.

Etika dan moral ini bahkan tidak hanya dipatuhi oleh sang idola Kpop, namun juga menyebarkannya kepada fans di seluruh dunia.

Cancel Culture saat Idola Kpop Melanggar Etika dan Moral

Ketika fans tahu bahwa seorang idola Kpop memiliki etika dan moral yang harus dijaga, terlebih posisinya sebagai idola dengan banyak pengikut, maka ketika ada yang melanggar, fans akan melakukan cancel culture.

"Yang menarik dari kurikulum menjadi seorang selebriti gitu ya, ada pelajaran etika dan moral," ucapnya.

"Itu yang secara nyata diimplementasikan oleh selebriti Korea, sehingga kemudian mereka memiliki yang namanya cancel culture," imbuh Devie.

Dilansir dari Jurnal First Monday, berjudul "Understanding Cancel Culture: Normative and Unequal Sanctioning", Volume 26, Number 7-5 Juli 2022, disebutkan definisi cancel culture.

Cancel culture adalah peristiwa saat organisasi menyensor, memecat, atau mendorong selebritas maupun rakyat jelata untuk mengundurkan diri setelah melanggar norma sosial, adat istiadat, dan hal tabu.

Sudah ada sederet nama idola Korea Selatan yang pernah mendapat cancel culture dari fans, bahkan termasuk masyarakat Korea secara umum, karena melanggar etika dan moral yang seharusnya ia tegakkan sebagai seorang idola dan figur publik.

Baca Juga: Diduga Lakukan Kekerasan pada Perempuan, Kim Seon Ho Alami Cancel Culture, Apa Itu?

Kim Seon Ho, aktor yang membintangi drama Korea Hometown Cha Cha Cha pernah mendapat perlakuan cancel culture karena kasus dugaan menghamili kekasihnya dan meminta sang kekasih untuk melakukan aborsi.

Mantan member grup band Day6, Jae Park juga pernah mengalami cancel culture dari fansnya setelah terlibat dalam beberapa skandal.

Melansir dari CewekBanget.ID. Jae pernah melontarkan lelucon kurang ajar ke teman perempuannya yakni Jamie. Ia juga pernah menyebut seseorang sugar daddy-nya saat melakukan siaran langsung di Twitch.

Sementara itu, ada juga sederet idola lain yang terkena cancel culture akibat ketahuan terlibat dalam skandal bullying kepada orang lain maupun ke sesama member grupnya.

Melansir dari South China Morning Post, sederet idola Kpop pernah kena cancel culture akibat bullying yakni Soojin (G)-Idle, April, Jiyeon T-ara, Jimin AOA, hingga Woojin Stray Kids. Mereka bahkan diminta untuk meninggalkan grup karena terlibat skandal.

Idola Kpop sebagai Patron

Devie Rahmawati menyebutkan bahwa ada yang namanya patron client, di mana orang menjadi patron atau orang yang memiliki power dan pengaruh untuk bisa diikuti oleh orang lain.

Orang yang bisa menjadi patron ini adalah mereka yang memiliki kekuasaan, kekayaan, ketenaran, dan kewibawaan.

Nah, menurut Devie, idol Kpop ini memiliki faktor ketenaran yang bisa membuat mereka menjadi salah satu patron untuk dijadikan tokoh atau sosok panutan oleh pengikut maupun fansnya.

Baca Juga: Kesetaraan Hubungan Antara BTS dan ARMY Ciptakan Aktivisme Fandom

Korea menjadikan idola Kpop ini sebagai patron yang bertanggung jawab terhadap norma dan etika yang dianut oleh orang Korea.

"Nah, di Korea yang sama kayak kita di Timur nih, 4K (patron yang punya kekuasaan, kekayaan, ketenaran, dan kewibawaan) jadi tonggak berdirinya etika dan norma yang dianut oleh orang Korea," ucap Devie.

"Sekali mereka (idola Kpop) melanggar, cancel culture-nya kompak," imbuhnya.

Devie juga menyinggung tentang relasi idola Kpop dengan fans yang layaknya lokomotif dan gerbong kereta, di mana idola Kpop sebagai lokomotif dan fans sebagai gerbong.

Lokomotif amat menentukan arah gerbong, sehingga idola Kpop sebagai lokomotif ini harus punya etika, nilai, dan moral yang kemudian bakal diikuti oleh fansnya.

Bahkan, nilai, etika, dan moral yang dianut oleh idola Kpop ini dengan bangganya mereka promosikan dan kenalkan kepada seluruh fans di berbagai belahan dunia sehingga tak dimungkiri banyak fans Kpop yang amat hapal dengan budaya Korea Selatan hanya dari melihat idolanya.

"Fan service di Korea Selatan betul-betul memperhatikan nilai-nilai apa yang dianut oleh bangsa Korea, yang dia dengan percaya dirinya mempromosikan nilai-nilai itu ke seluruh dunia," terang Devie.

Tak Perlu Takut Kehilangan Fans Ketika Menjunjung Nilai dalam Fan Service

Muncul pertanyaan bagaimana jika seorang idola kehilangan fans atau pengikutnya ketika mereka tidak menuruti permintaan fans. Misalnya menolak untuk berfoto sambil kontak fisik, memeluk, atau bahkan mencium.

Di mana dalam hal ini idola Korea Selatan dengan teguh tidak ingin melakukan kontak fisik yang terlalu dekat dengan fansnya, atau juga orang lain karena nilai dan etika yang mereka anut sejak awal.

Bahkan ketika berfoto dengan sesama artis maupun fans yang berbeda gender, idola Kpop ini akan menjaga tangannya untuk tidak menyentuh dan menghindari kontak fisik. Itu merupakan salah satu etika yang dipegang teguh oleh para idola Kpop.

Menurut Devie, ketika idola yang merupakan lokomotif ini memegang teguh nilai dan etikanya, maka fans atau pengikutnya tidak akan mempermasalahkan hal tersebut. Idola tidak perlu khawatir kehilangan fans jika memang dia sudah punya nilai-nilai yang dianut.

Justru dengan konsistensi idola Kpop menjaga nilai dan etika, fans akan mengerti dan menghormati nilai tersebut.

"Justru karena artisnya itu sudah punya pakem nilai, apa yang terjadi? Fansnya Korea bedanya sama fans Barat, lihat deh, mereka itu justru berlomba-lomba menjadi fans yang paling tertib," ucap Devie.

"Kalau artis Barat yang datang itu fansnya sibur nyakar bintangnya, nyubit, narik, merobek, lihat fans Korea. Nggak pernah mereka melakukan itu. Bahkan fans setiap negara saling berlomba menjadi fans yang paling tertib. Itu hebatnya Korea," imbuhnya.

Devie menjelaskan lebih lanjut bahwa kondisi tersebut amat mungkin terjadi karena idola Kpop sebagai lokomotif ini mampu menjaga nilai dan etika yang dipegang teguh sehingga fans sebagai gerbong akan mengikuti cara dia bersikap dan berinteraksi dengannya.

"Intinya kalau seorang bintang punya nilai-nilai seperti di Korea, fansnya justru mengikuti. Ini contoh sempurna dari praktik lokomotif gerbong. Kalau lokomotifnya punya sebuah nilai-nilai. gerbongnya ngikut," jelas Devie.

Pada akhirnya, Devie menegaskan bahwa fan service di Korea Selatan amat sangat menjunjung nilai dan etika, namun tidak pernah kehilangan fans karena tidak mau sentuhan fisik ataupun menuruti semua permintaan fans.

Hal itu terjadi karena sebagai lokomotif, seorang idola sebenarnya punya kemampuan untuk memastikan gerbongnya memiliki nilai-nilai yang sama dengannya.

"Majunya Korea dalam hal manajemen dunia hiburan yang mereka tidak hanya berfokus pada prestasi estetik tapi juga menegakkan etik," tukas Devie Rahmawati.

Baca Juga: Mayoritasnya Perempuan, Komunitas BTS ARMY Indonesia Hadapi Komentar Bias Gender

(*)

Sumber: scmp,Cewekbanget
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Mengapa Semut Muncul di Rumah Saat Musim Hujan? Ini Cara Mengatasinya