Parapuan.co - Sebuah celana jeans berusia ratusan tahun dikabarkan baru saja terjual dengan harga yang sangat fantastis.
Yaitu celana jeans dari brand Levi's telah terjual sebesar 87,000 dolar Amerika Serikat atau setara 1.3 miliar rupiah.
Melansir dari NPR, diketahui bahwa celana jeans ini awalnya dilelang di New Mexico, yang kemudian dibeli oleh kolektor pakaian vintage bernama Zip Stevenson dan Kyle Haupert seharga 75.000 dolar AS atau setara 1.1 miliar rupiah.
Setelah patungan untuk mendapatkan celana jeans dari lelang tersebut, keduanya pun membawanya ke California.
Celana jeans Levi's tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-19, lebih tepatnya dari tahun 1880-an.
Menurut laporan The Wall Street Journal, celana tua tersebut ditemukan bertahun-tahun lalu oleh seorang sejarawan denim, Michael Harris, di sebuah tambang yang sudah tidak lagi beroperasi.
Diperkirakan jeans tersebut juga merupakan salah satu Levi's tertua yang ditemukan hingga saat ini.
Meski sudah berusia lebih dari satu abad, celana jeans dengan ukuran pinggang 96,5 cm dan panjang 81 cm ini disebutkan masih dalam kondisi 'baik/dapat dipakai'.
View this post on Instagram
Baca Juga: Dukung Mode Berkelanjutan, Levi’s dan Naomi Osaka Rilis Koleksi Daur Ulang
Celana ini juga masih tertutup bintik-bintik lilin dari lilin yang digunakan oleh para pencari emas yang sedang mencari emas di terowongan sempit.
Celana ini juga masih terdapat kancing suspender dan satu saku di bagian belakang.
Sejarah Label Rasis
Di balik celana tua ini bernilai fantastis ini ternyata juga menyimpan sejarah yang kelam.
Pada celana jeans ini terdapat label di bagian saku yang bertuliskan 'the only kind made by White Labor' atau 'satu-satunya jenis yang dibuat oleh buruh kulit putih'.
Label ini berkaitan dengan slogan bermuatan rasial yang digunakan oleh perusahaan Levi's pada era tersebut selama masa diskriminasi anti-Cina yang meluas di AS.
Polemik tersebut muncul setelah adanya pengesahan Undang-Undang Pengecualian Cina yang bersifat xenofobik pada tahun 1882, yang mana melarang pekerja Cina untuk masuk ke Amerika selama sepuluh tahun.
"Krisis ekonomi di Amerika Serikat pada tahun 1870-an menyebabkan pengangguran yang tinggi dan memicu sentimen anti-Cina dan diskriminasi yang merajalela," ujar perwakilan Levi's pada NPR.
"Pada tahun 1882 ketika Kongres mengesahkan Undang-Undang Pengecualian Cina (Chinese Exclusion Act), ada tekanan sosial yang signifikan untuk tidak mempekerjakan pekerja Cina dan LS&Co. mengadopsi kebijakan perburuhan anti-Cina," tambahnya menjelaskan kondisi di abad ke-19 tersebut.
Baca Juga: Celana Jeans Tak Boleh Sering Dicuci, Lantas Kapan Waktu yang Tepat Mencucinya?
Kala itu, pemilik perusahaan Levi's berpikir bahwa slogan tersebut akan meningkatkan penjualan.
Kendati demikian, pada akhirnya slogan itu dihapus dan tak lagi digunakan dalam produk-produk Levi's pada tahun 1890-an. Sedangkan undang-undang itu sendiri justru baru dicabut pada tahun 1943.
"Kami sepenuhnya berkomitmen untuk menggunakan platform dan suara kami untuk mengadvokasi kesetaraan nyata dan untuk melawan rasisme dalam segala bentuknya seperti yang berlangsung hari ini," kata perwakilan Levi's.
(*)