Mengenal Emma Poeradiredja, Tokoh Perempuan Sumpah Pemuda yang Jadi Anggota DPA di Awal Kemerdekaan

Firdhayanti - Sabtu, 29 Oktober 2022
Tokoh perempuan Sumpah Pemuda Emma Poeradiredja
Tokoh perempuan Sumpah Pemuda Emma Poeradiredja Tribunnewswiki

Parapuan.co - Tak hanya laki-laki, berbagai tokoh perempuan turut berperan serta dalam sejarah Sumpah Pemuda, salah satunya adalah Emma Poeradiredja

Emma Poeradiredja yang pernah menjabat sebagai Kedua Cabang Bandung Jong Islamieten turut menghadiri Kongres Pemuda II. Selain itu, ia juga berpidato mengenai peran perempuan dalam pergerakan, dikutip dari laman Kemendikbud RI.

Dalam pidatonya, Emma mengajak perempuan untuk tak hanya membicarakan pergerakan belaka tetapi juga dengan perbuatan. 

Selain itu, Emma juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung dan anggota DPR/MPR Indonesia.

Melihat sosok Emma Poeradiredja yang aktif dalam pergerakan tersebut, yuk simak profilnya berikut!

Profil Emma Poeradiredja

Dalam laman Kemdikbud, Emma diketahui lahir pada 13 Agustus 1902 di Cilimus, Jawa Barat, Kawan Puan.

Saat masa kecilnya, ia memulai pendidikan di HIS (Hollandch Inlandsce School) Tasikmalaya selama 1910-1917. 

Setelah tamat di HIS, ia melanjutkan pendidikannya di MULO (Meer Uitegebreid Lager Onderwijis) Bandung selama 4 tahun dan selesai pada 1921. 

Baca Juga: 3 Tokoh Perempuan dalam Sejarah Sumpah Pemuda, Siapa Saja Mereka?

Emma pun melanjutkan pendidikannya di
luar negeri yaitu SSVS Dientoxamont, lulusan dari sekolah ini bisa disetarakan dengan lulusan dari AMS atau HBS.

Usai menamatkan pendidikannya, Emma pun mulai melamar pekerjaan, Kawan Puan.

Ia diterima bekerja di Staatspoorwegen (S.S) yang sekarang dikenal dengan nama PT Kereta Api Indonesia.

Pada tahun 1957 ditugaskan untuk belajar di School for worker the Universitij of Wisconsin untuk mempelajari administrasi kesejahteraan pegawai.

Setelah selesai melaksanakan tugas belajarnya Ia mendapatkan Certificate of Achievment bidang Cooperative Administration.

Aktif Ikut Organisasi Pemuda

Kiprah Emma Poeradiredja dalam organisasi sudah dilakukan sejak masa sekolah.

Selama di MULO, Emma aktif sebagai anggota organisasi pemuda Jong Java dan menjadi anggota Jong Islamieten Bond (JIB).

Ia menjabat sebagai ketua cabang Bandung pada tahun 1925.

Baca Juga: Rayakan Hari Sumpah Pemuda dengan Membahasakan Isu Perempuan

Tahun 1925-1940, ia bergiat di Natpij yang menjadi Pandu Indonesia dengan menjadi pemimpin pandu puteri.

Keaktifan Emma itulah yang membawanya turut berperan serta dalam peristiwa sejarah Sumpah Pemuda.

Ia pun turut berpartisipasi dalam Kongres Pemuda I (1926) dan Kongres Pemuda II yang dihelat pada 27-28 Oktober 1928.

Saat Kongres Pemuda II, Emma memberikan tanggapan khususnya mengenai kemajuan perempuan dan pendidikan.

Selain organisasi pemuda, Emma juga aktif dalam perjuangan perempuan.

Ia mendirikan PASI (Pasundan Istri) pada 1930 dan menjadi ketuanya hingga 1970.

Kemudian, ia juga pernah menjadi ketua Kongres Perempuan Indonesia III pada 1938.

Dalam Bidang Sosial Emma mendirikan dan menjadi ketua Pengurus panti asuhan di Bandung (1935), mendirikan rumah Jompo di Bandung (1936), serta menjabat sebagai ketua Badan Keselamatan Rakyat (BKR) bagian perempuan di Bandung serta Direktur utama Yayasan Kematian Warga Kereta Api (KWKA).

Jadi Anggota DPA di Awal Kemerdekaan

Selama perjalanan karirnya, Emma Poeradiredja juga pernah menjadi bagian dari pemerintahan di awal kemerdekaan Tanah Air.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Indonesia di Netflix untuk Rayakan Hari Sumpah Pemuda

Ia pernah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) tahun 1959-1965, Anggota MPRS s/d 20 Maret 1968 serta Anggota DPR/MPR Pemilu 1971.

Selain itu, ia juga menjadi bagian dari Anggota Dewan Penyantun Institut Teknologi Bandung, Anggota Panitia Pendiri Universitas Padjajaran, Anggota Dewan Penyantun IKIP Bandung, Penasehat Pemuda Putri Indonesia Jawa Barat.

Atas jasanya tersebut, Emma mendapatkan penghargaan dari pemerintah Republik Indonesia berupa Piagam Tanda Penghormatan Bintang Mahaputra Pertama IV pada 1975, oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto.

Emma meninggal 16 April 1976 dan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.

(*)

Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id
Penulis:
Editor: Arintya


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja