Parapuan.co - Dalam membangun bisnis teknologi finansial atau finansial technology (fintech), terdapat tantangan yang akan dihadapi oleh pemain baru.
Menurut Senior Sales Manager AppsFlyer, Anthony Loekita, tantangan dalam industri fintech di Indonesia selalu ada, yakni dari kehadiran pemain baru.
"Indonesia salah satu market yang sangat kompetitif. Kita bisa meligat banyak pemain baru yang masuk. Mungkin satu quarter ada yang masuk pemain-pemain baru," ujar Anthony dalam diskusi Indonesia Fintech Marketing Predictions: Navigating Past Learnings to Grow Beyond, di GoWork Sopodel Tower, Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis (27/10/2022).
Untuk menghadapi tantangan dari pemain baru, Anthony mengatakan agar para pemain bisnis fintech dapat fokus untuk memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggannya.
Selain pemain baru, salah satu tantangan yang kerap dihadapi adalah membangun brand atau merek.
Chairman Indonesia Digital Assosiation (IDA) Dian Gemiano mengatakan, banyaknya pemain baru menjadi tantangan bagi pemain fintech untuk membangun brand atau merek.
Merek yang dibangun ini akan membedakan mana konsumen loyal dan hanya transaksional.
Menurut Gemi, saat ini para pemain fintek tak hanya tentang kesadaran konsumen, tetapi perang untuk mendapatkan perhatian dari konsumen.
Saat ini, banyak berbegai merek yang memberikan promo namun melupakan membangun merek. Merek sendiri berkaitan untuk jangka panjang.
Baca Juga: Alami Peningkatan Potensi, Ini Strategi Bagi Perusahaan Fintech Hadapi Tantangan
"Yang pasti yang ngebangun brand yang bertahan," ujarnya.
Gemi turut mengungkapkan tantangan lain dari segi penetrasi internet di Indonesia.
Menurutnya, keberadaan internet sudah berada di banyak wilayah di Indonesia. Namun, kualitasnya tidak mereta.
Ini mengakibatkan adanya permasalahan internet di sejumlah daerah.
"Itu jadi tantangan perusahaan digital yang sangat bergantung pasa koneksi internet," ucap Gemi.
Selain itu, tantangan lainnya adalah use case atau kegiatan interaksi antara pengguna dan aplikasi.
Ia mengatakan agar menyederhanakan berbagai penawaran agar tidak hanya berfokus pada masyarakat ibukota.
"Mungkin anak-anak muda Jakarta dikasih fitur-fitur bisa beli saham, invest di sana sini menarik. Tapi mungkin buat orang lain di Ambon bukan itu kebutuhannya," ungkapnya.
"Nah itu tantangannya adalah bagaimana personalisasi layanan yang sesuai dengan kultur daerah setempat," kata dia.
Namun, tantangan tidak berhenti sampai di situ. Membuat pelayanan kontekstual di area Indonesia yang luas bukanlah hal yang mudah.
Baca Juga: Ingin Pinjam Uang di Fintech Lending? Perhatikan Dulu 6 Tips Hemat Ini
Itu tadi berbagai tantangan fintech di Indonesia, Kawan Puan.
(*)