Banyaknya jumlah penonton membuat mobilitas dari satu panggung ke panggung lain sulit dan terbatas.
Banyak penonton yang tidak bisa menyaksikan artis yang tampil karena terjebak di kerumunan.
"Susah buat pergeseran crowd antar panggung pastinya. Rata-rata penampil adalah nama-nama besar semua dengan fanbase ribuan orang, ngebayanginnya aja ngeri tumplek blek di satu venue," cerita Wendi.
"Itu makanya Java Jazz Fest check out dari Senayan lebih dari 1 dekade lalu, udah gak muat lagi," lanjutnya.
Berdasarkan pengalamannya, Wendi sangat menyayangkan festival ini tidak digelar di Ji-Expo Kemayoran.
"Ini idealnya memang di JIEXPO venuenya, semua fasilitas publik sudah sangat mendukung," tulis Wendi.
"Bicara bakal rame atau sepi karena diadakan setelah Pespor dan Sync Fest itu topik lain lagi untuk dibahas," lanjutnya.
Wendi juga kecewa dengan cara panitia menangani kerumunan dan sampah yang berserakan.
Walau begitu, Wendi tetap bersyukur festival Berdendang Bergoyang ini tidak berakhir seperti Tragedi Kanjuruhan.
Penonton dapat keluar dari tempat festival dengan selamat walaupun sempat terjebak di kerumunan.
Selama dua hari kemarin kebetulan sempat hadir ke Berdendang Bergoyang @bb_festival untuk menonton dan pekerjaan, berikut opini saya: pic.twitter.com/mWfBgtOR6u
— Wendi Putranto (@wenzrawk) October 30, 2022
Baca Juga: Berkaca dari Tragedi Itaewon, Ini 7 Hal yang Harus Kamu Lakukan Jika Terjebak di Kerumunan
(*)