Perusahaan ingin bisnis terjaga di rantai lokal, dan membantu para petani menyuburkan agribisnisnya.
Hyoshii Farm melihat pasar memiliki persepsi bahwa buah lokal itu berkualitas rendah, dan ini karena adanya berbagai tantangan kurangnya kualitas benih/ batang bawah, wawasan teknik berkebun yang tepat, teknologi pascapanen, dan branding yang kurang maksimal.
Dengan memperkenalkan teknologi pengembangan batang bawah, serta teknologi perkebunan dan pascapanen eksklusif, Hyoshii Farm membantu petani meningkatkan nilai jual dan mengurangi kerugian panen.
Menurut James Rayawan, rata-rata 20-30% panen buah dibuang karena membusuk. Pengurangan jumlah buah busuk adalah salah satu fokus utama dari yang ditawarkan perusahaannya.
Dalam 12 bulan ke depan, James menargetkan Hyoshii Farm untuk meningkatkan produksi sebanyak 5-10 kali lipat dan melanjutkan ekspansi kebun di Lembang sembari memastikan para pelanggan bisa mendapatkan buah beri Hyoshii kapanpun mereka mau.
Ia juga akan menambah jaringan di 20-30 toko dan supermarket di Jakarta, Bandung, dan Surabaya, serta melakukan pendekatan kolaboratif dengan restoran dan took roti premium agar menggunakan stroberi lokal-premium miliknya.
Secara internal, Hyoshii Farm memfokuskan tim R&D untuk mengembangkan batang bawah terbaik bagi para petani stroberi yang ditanam outdoor, dan batang bawah eksklusifnya siap didistribusikan dalam waktu dekat.
Ada dua teknologi tambahan yang sedang dikembangkan, yakni komposisi pupuk dan teknik berkebun untuk meningkatkan kemanisan, kualitas, dan rasa, serta teknologi bilik penghilang bakteri yang mampun membunuh bakteri pada kulit buah-buahan sehingga mengurangi kebusukan, memperpanjang umur buah, serta memadatkan tekstur buah.
Para konsumen juga bisa menantikan adanya pengembangan varian stroberi putih (atau pink) yang lebih manis dari Hatsu Hana, di mana sampai saat ini dianggap mustahil untuk bisa tumbuh di Indonesia.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Skincare Kandungan Stroberi di Shopee, Mulai Rp20 Ribuan