Parapuan.co - Kawan Puan, pada 2022 ini L'Oréal Indonesia kembali menggelar kegiatan L'Oréal-UNESCO For Women in Science untuk merayakan dan mendukung kiprah para peneliti perempuan Indonesia di bidang sains.
Melalui program For Women in Science, L'Oréal melihat begitu banyak peneliti perempuan dengan kemampuan luar biasa yang berada di garis depan penelitian.
Namun sebagaimana dalam press rilis yang diterima PARAPUAN, dikatakan bahwa masih ada kesenjangan gender global yang signifikan di semua bidang ilmiah.
Pada 2021, UNESCO mencatat bahwa persentase perempuan peneliti di dunia hanyalah 33,3 persen.
Sementara di Indonesia, menurut Survei Angkatan Kerja Nasional 2020, hanya 3 dari 10 perempuan Indonesia yang berkarir di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM).
"Minimnya jumlah perempuan peneliti di Indonesia salah satunya juga disebabkan oleh penurunan jumlah perempuan yang menempuh pendidikan tinggi," kata Dr. Itje Chodidjah, M.A., Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
"Data Statistik Pendidikan Tinggi 2020 Kemendikbud mencatat bahwa jumlah perempuan yang menempuh pendidikan tinggi terus menurun signifikan pada setiap jenjang," imbuhnya.
"Jumlah mahasiswi Strata 1 adalah 897.731, Strata 2 60.906 dan tersisa 5.245 mahasiswi pada jenjang Strata 3. Dengan kata lain, drop rate jumlah mahasiswi dari Strata 1 ke Strata 3 adalah sekitar 99,4 persen," terangnya lagi.
Tidak hanya itu, perempuan yang berkarir di dunia sains pun masih menghadapi berbagai rintangan seperti gender bias, diskriminasi hingga kekerasan seksual yang masih terus berlangsung hingga saat ini.
Baca Juga: Beragam Profesi Unik di Drakor, Ada Kim Sejeong sebagai Peneliti Makanan
Namun semua hal itu tidak menghentikan mereka. Para perempuan peneliti terus membuktikan peranan penting mereka dalam berbagai bidang penelitian.
Itulah mengapa butuh banyak upaya kolaborasi yang harus dilakukan untuk stop the drop, melawan penurunan partisipasi perempuan muda dalam menekuni dan berkarir di dunia sains.
Dimulai dengan mempromosikan pendalaman pendidikan sains bagi perempuan di jenjang pendidikan dasar dan menengah, kemudian mendorong mereka untuk melanjutkan karir di bidang penelitian.
Yaitu dengan menghadirkan jenjang karir yang inklusif, menciptakan lingkungan kerja yang bebas kekerasan, memberikan apresiasi, publikasi, pendanaan yang setara, dan memberikan ruang suara bagi perempuan peneliti sehingga mereka bisa mendapatkan pengakuan yang setara atas prestasinya.
Sekadar informasi, tahun ini L'Oreal bersama UNESCO memberikan peneliti perempuan asal Indonesia pendanaan riset senilai Rp100 juta.
Diketuai oleh Prof. Dr. Endang Sukara, sembilan jajaran juri L'Oréal-UNESCO For Women in Science tahun ini merupakan guru besar dari berbagai universitas dan institusi ternama.
"Dewan juri telah melakukan proses penilaian yang ketat untuk menilai proposal peserta," ungkap Prof. Dr. Endang Sukara, Ketua Dewan Juri L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2022.
"Beberapa aspek yang penting adalah metode rumusan penelitian, kebaruan serta manfaat yang bisa dihadirkan. Tahun ini, penelitian pemenang berfokus pada bidang kesehatan, pangan dan industri," tambahnya.
Baca Juga: Peni Ahmadi, Peneliti Perempuan yang Temukan Potensi Obat Kanker Payudara dari Biota Laut
Mereka adalah Novalia Pishesha, Ph.D. (Harvard University), Nurhasni Hasan, Ph.D., Apt (Universitas Hasanuddin), Rindia Maharani Putri, Ph.D. (Insitut Teknologi Bandung) dan Anastasia Wheni Indrianingsih, Ph.D. (Badan Riset dan Inovasi Nasional).
Berikut ini penelitian yang dilakukan keempat perempuan yang dianugerahkan gelar L'Oréal-UNESCO For Women in Science 2022 National Fellows tersebut:
1. Novalia Pishesha, Ph.D., peneliti dari Harvard Medical School, Harvard University
Malaria menyebabkan 600.000 per tahun karena vaksin dan obat-obatan Malaria saat ini tidak cukup.
Menghadapi masalah tersebut, Novalia berusaha untuk mengurangi angka kematian dengan memanfaatkan nanobody atau VHH dari Camelid family.
2. Nurhasni Hasan, Ph.D.,Apt, dosen dan peneliti dari Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin
Nurhasni, melalui penelitiannya, ingin memberikan pilihan baru pengobatan kanker paru-paru.
Hal ini ia lakukan dengan mensintesis antikanker berbasis nitric oxide yang dikombinasikan dengan senyawa antikanker dari bahan alam dan menggunakan smart novel system dengan bentuk inhalasi sederhana.
Ia berharap penelitiannya dapat meningkatkan efisiensi pengobatan dan mengatasi berbagai kekurangan dari terapi konvensional pengobatan kanker.
Baca Juga: Terungkap, Ini Tantangan Terberat Menjadi Peneliti Perempuan
3. Rindia Maharani Putri, Ph.D., peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung
Rindia memanfaatkan cangkang biosilika dari mikroalga jenis Diatom sebagai drug delivery untuk obat-obatan seperti insulin.
Diatom memiliki dinding sel yang dapat memproteksi obat yang dienkapsulasi dalam porinya dan meningkatkan permeasi ke sel.
Namun, saat ini penelitian mengenai manfaat dinding sel tersebut masih terbatas.
4. Anastasia Wheni Indrianingsih, Ph.D., peneliti dari Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional
Anastasia merancang adsorben pad agar masa simpan makanan segar dapat lebih panjang.
Adsorben pad yang ia buat terbuat dari bahan bioselulosa, nanopartikel perak dan ekstrak bunga telang yang memiliki sifat antibakteri dan antioksidan.
Untuk mencapai tujuannya, ia melakukan karakterisasi kimia, fisika, dan aktivitas uji antibakteri pada proses pembuatan adsorben pad.
Wah, keren sekali ya, Kawan Puan tema penelitian yang diangkat para peneliti perempuan di atas.
Apakah kamu tertarik meniti karier sebagai peneliti perempuan juga?
Baca Juga: Sosok Novalia Pishesha, Penemu Vaksin Covid-19 yang Mudah Diproduksi
(*)