Parapuan.co - Hari Kesehatan Nasional diperingati setiap tanggal 12 November.
Ini mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan kesehatan.
Mengingat pentingnya kesehatan, Kawan Puan juga harus mengenal akan berbagai penyakit yang dapat dialami, termasuk penyakit-penyakit langka.
Bahkan ada beberapa penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki, salah satunya adalah autoimun.
Lalu seperti apakah penyakit autoimun ini dan mengapa perempuan lebih sering mengalaminya?
Penyakit autoimun, juga dikenal gangguan autoimun, adalah gangguan sistem kekebalan menyebabkan aktivitas rendah yang tidak normal atau aktivitas sistem kekebalan yang berlebihan.
Mengutip dari WebMD, dalam kasus overaktivitas sistem kekebalan, tubuh menyerang dan merusak jaringannya sendiri (penyakit autoimun).
Penyakit defisiensi imun menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan penjajah, menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.
Dibeberapa negara bahkan autoimun termasuk kategori penyakit paling umum setelah kanker dan penyakit kardiovaskular.
Baca Juga: Hari Kesehatan Nasional, Ini 5 Tips Olahraga Bagi Pengidap Gangguan Autoimun
Seperti mengutip dari Verywell Health, satu studi memperkirakan bahwa sekitar 80% dari semua pasien yang didiagnosis dengan penyakit autoimun adalah perempuan.
Para ilmuwan berhipotesis bahwa ini mungkin terkait dengan variasi genetik dan perubahan hormonal.
Mengapa Lebih Banyak Perempuan Dibanding Pria yang Memiliki Penyakit Autoimun?
Penelitian memperkirakan bahwa penyakit autoimun dua kali lebih mungkin menyerang perempuan daripada laki-laki.
Mekanisme yang tepat dari penyakit autoimun masih belum jelas, tetapi para ilmuwan telah menunjukkan dua kemungkinan alasan mengapa penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan daripada perempuan:
Jumlah gen yang lebih besar yang berasal dari kromosom X (perempuan memiliki dua sementara pria memiliki satu) menciptakan kemungkinan yang jauh lebih besar dari terjadinya mutasi dalam jumlah yang lebih besar.
Hal ini menempatkan perempuan pada risiko yang lebih besar untuk perkembangan penyakit autoimun.
Baca Juga: Orang dengan Vitamin D Rendah Berisiko Tinggi Alami Covid-19 dan Autoimun, Ini Kata Ahli
Perubahan Hormon
Penyakit autoimun cenderung memengaruhi perempuan selama transisi endokrin utama, seperti pubertas, kehamilan, dan menopause.
Perubahan ini memengaruhi sistem kekebalan secara signifikan karena interaksi antara hormon, sistem kekebalan, dan organ lain dalam tubuh seperti kulit pada psoriasis.
Perempuan biasanya mengalami lebih banyak perubahan hormonal daripada pria, membuat penyakit autoimun lebih banyak terjadi pada populasi ini.
Perempuan juga lebih mungkin didiagnosis dengan berbagai gangguan autoimun.
Faktor risiko penyakit autoimun yang diketahui pada perempuan meliputi:
1. Usia terkait dengan perubahan hormonal utama: Terutama pubertas, kehamilan, dan menopause. Penyakit autoimun sering menyerang perempuan mulai dari masa subur karena kehamilan sering mengakibatkan masuknya perubahan hormonal. Perubahan kadar hormon pada perempuan yang mengalami pubertas dan menopause juga meningkatkan risiko terkena penyakit autoimun.
2. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun: Beberapa penyakit autoimun diturunkan dalam keluarga, seperti lupus dan multiple sclerosis. Risiko yang lebih tinggi dikaitkan dengan variasi genetik yang diwariskan. Pemicu lingkungan tertentu dapat mengaktifkan bagian genom.
3. Memiliki penyakit autoimun: Perempuan yang sudah memiliki penyakit autoimun lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit lain. Memiliki lebih dari tiga penyakit autoimun dikenal sebagai sindrom autoimun ganda.
4. Obesitas: Kelebihan berat badan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit autoimun. Obesitas mengirim tubuh ke keadaan kronis peradangan tingkat rendah dan dapat mengancam respon imun yang sehat.
5. Merokok: Menghirup asap rokok berdampak pada sistem kekebalan melalui berbagai interaksi kompleks, termasuk respons peradangan, penekanan kekebalan, disregulasi sitokin (molekul pemberi sinyal yang terlibat dalam autoimunitas), dan pengembangan autoantibodi.
6. Obat-obatan: Obat tekanan darah tertentu, statin, dan antibiotik dapat memicu kondisi autoimun yang diinduksi oleh obat seperti lupus, miopati , atau hepatitis autoimun.
7. Infeksi: Beberapa virus dapat mengaktifkan gen tertentu yang berdampak pada fungsi sistem kekebalan tubuh, seperti virus Epstein-Barr , yang dikaitkan dengan lupus dan artritis reumatoid.
Baca Juga: Mengenal Penyakit Celiac, Gangguan Aututoimun Ketika Makan Gluten
(*)