Kartini melanjutkan, hal tersebut juga menjadi bagian dari peran ayah karena secara kedekatan ayah juga harus terlibat dalam mengasuh anak.
Saat ini sudah banyak ayah dan ibu yang memutuskan mengasuh anak berdua, berbagi peran, dan tidak pakai pengasuh. Ini tentu akan berpengaruh pada pendidikan anak.
Kalau ayahnya suka berolahraga, maka anaknya akan mengikuti, sehingga ayah dan ibu harus memiliki peran yang sama.
“Kesetaraan gender bukan hanya ayah dan ibu sama-sama bekerja, tapi bagaimana keduanya saling memperhatikan. Peran ayah sangat penting, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan anak (1000 HPK) dimana ayah perlu mendampingi dan memperhatikan gizi dan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan sampai usia 2 tahun, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera," terangnya.
Bahkan perhatian ini justru dapat dilakukan mulai pada masa sebelum hamil dengan merencanakan kehamilan bersama istri supaya dapat melahirkan anak yang sehat.
"Selanjutnya ayah juga harus memperhatikan masalah kesehatan dan pendidikan anak. Ayah harus memberikan perhatian pada gizi untuk istri dan anaknya.
"Kita harus mematahkan mitos yang tidak tepat, yaitu kalau ayah makan bagian dagingnya, ibu bagian kepalanya, anak dapat sisanya padahal justru semuanya harus sesuai dengan porsi yang baik dan benar.
"Di sini juga peran ayah ketika dia menjadi suami, dia harus menjaga kesehatan dirinya, istrinya, dan anaknya,” imbuh Kartini.
Terakhir, Kartini menyampaikan bahwa di momentum Hari Ayah Nasional ini ayah harus menjadi suri tauladan bagi keluarga, termasuk masalah kesehatan dan pemenuhan gizi untuk keluarga.
“Peran ayah sangat penting, dia adalah role model dalam keluarga. Oleh karena itu, ayo ayah Indonesia, mari menjadi role model dalam kesehatan untuk membentuk keluarga yang lebih sehat,” tutupnya.
Baca Juga: Hari Ayah Nasional, Ini Pentingnya Sosok Ayah dalam Kehidupan Anak
(*)