Hanya saja, hal tersebut lebih banyak terjadi di kota-kota besar. Sementara di kota-kota kecil, orang-orang masih tergiur dengan fashion item dengan harga lebih murah.
“Kebanyakan yang aware dengan sustainable fashion itu di kota-kota besar. Sementara di daerah-daerah seringnya yang penting pakai baju murah deh,” tambahnya Tara.
Memulai Langkah Responsible Consumption
Lantas, bagaimana caranya memulai responsible consumption? Amanda Zahra mengatakan bahwa kita bisa memulai hal tersebut berdasarkan Buyerarchy of Needs.
“Bisa dimulai dengan Hierarki Pembelian atau Buyerarchy of Needs. Jadi sebelum konsumsi, kita pikirin ini dulu,” terangnya.
Lebih lanjut Buyerarchy of Needs yang digagas oleh Sarah Lazarovic ini terdiri dari 5 bagian piramida, yaitu:
- Use what you have,
- Borrow or swap,
- Thrift,
- Make,
- Buy.
“Jadi sebelum membeli sesuatu, kita lihat dulu benda apa yang sudah kita miliki. Kalau enggak nemu, mengerucut ke pinjam atau tukar, misalnya dengan program Tukar Baju.”
“Kalau enggak ketemu lagi, bisa dengan beli preloved. Kalau masih enggak nemu, bisa membuat sendiri. Kalau udah mentok banget, pilihan terakhirnya baru membeli,” jelas Amanda.
Amanda juga menambahkan jika setiap orang memiliki mindset tersebut, maka bisa berpengaruh besar terhadap keseharian termasuk lingkungan.
Kawan Puan, itulah pentingnya memilih fashion item secara berkesadaran atau responsible consumption demi menjaga lingkungan.
Yuk coba terapkan Buyerarchy of Needs sebelum kita membeli pakaian hingga fashion item!
Baca Juga: Ini Perjuangan Adhimiharja Jadi Label Fashion yang Sustainable di Jerman
(*)