Lelucon seksis yang dilontarkan pada Sri Asih saat pertarungan hingga isu kekerasan seksual yang memantik amarah sang superhero menunjukkan bahwa identitas gender Sri Asih sebagai perempuan juga menjadi sorotan utama film ini.
Secara sinematografi, film Sri Asih menunjukkan keberpihakannya pada perempuan dengan shot yang tidak mengeksplor tubuh Pevita Pearce sebagai Alana.
Di tengah pertarungan yang intim dan penuh dengan gerak tubuh, mata penonton dibawa koreografi bela diri dan ekspresi kemarahan Sri Asih alih-alih lekuk tubuh perempuan.
Hal ini menjadi spesial mengingat film superhero memiliki pasar laki-laki yang besar dan jika berkaca ke Hollywood, tak sedikit film pahlawan super atau aksi yang menjadikan tubuh perempuan sebagai nilai jual lebih.
Plot yang Menyisakan Tanda Tanya
Secara penceritaan, film Sri Asih masih meninggalkan tanda tanya.
Pertarungan Sri Asih masih ada yang terasa tak tuntas, menyisakan rasa penasaran penonton.
Pengenalan-pengenalan karakter dalam film Sri Asih juga tidak cukup dalam, membuat penonton tak merasa simpati.
Plot film Sri Asih terasa terburu-buru dengan begitu banyak kompleksitas isu di dalam filmnya.
Di luar itu, penampilan Pevita Pearce yang totalitas menjadi nilai tambah film Sri Asih yang menyampaikan pesan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan.
Selain itu, kemunculan karakter-karakter lain dari Bumilangit Cinematic Universe memantik kehebohan dan menjadi kejutan bagi penonton.
Sri Asih berhasil menaikan kelas film superhero Indonesia setelah Gundala, menjadi harapan besar bagi Bumilangit Cinematic Universe untuk menjadi jagat sinema yang besar.
Film Sri Asih bisa Kawan Puan saksikan di bioskop Indonesia mulai 17 November 2022.
Baca Juga: Bocoran Mid-Credit Scene Film Sri Asih, Mulai Tayang Hari Ini di Bioskop
(*)