Peran KUPI dalam pemberdayaan perempuan
Dalam upayanya, KUPI tidak hanya mengkonsolidasikan berbagai lembaga dan komunitas, tetapi menambah keterlibatan berbagai komunitas keagamaan, terutama pesantren.
KUPI juga menyatukan para ulama perempuan turut memperhatikan kebijakan publik yang berpengaruh pada nasib perempuan di Indonesia.
Saat ini mereka memperhatikan pencegahan kekerasan seksual dan penerapan UU-TPKS.
Selain itu, KUPI juga memperhatikan permasalahan yang kerap dihadapi perempuan saat berada dalam institusi agama.
"Isu kekerasan seksual dan kesetaraan gender merupakan isu yang perlu dibahas karena masuk dalam kemaslahaan Islam," ujar Bu Masruchah, salah satu pembicara KUPI-II.
Dampak positif penyelenggaraan KUPI-I
Usai KUPI-I yang diadakan pada tahun 2017, mulai lahir sejumlah komunitas-komunitas ulama
perempuan di berbagai daerah.
Ada Komunitas Ngaji Keadilan Gender (KGI), komunitas Mubadalah, Lingkar Baca Rahima dan berbagai organisasi keulamaan perempuan termasuk pendirian Ma’had Aly di Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon.
Baca juga: Sampaikan Pesan di B20 Summit, Anne Hathaway: Prioritaskan Perempuan untuk Kebaikan Semua
Organisasi-organisasi tersebut juga mencetak kader Ulama Perempuan yang diresmikan oleh
Menteri Agama pada waktu itu.
Sebagai gerakan yang menorehkan dampak positif, KUPI menghadapi banyak tantangan di antaranya, persoalan kemanusiaan, kebangsaan, keagamaan dan lingkungan hidup juga masih
menjadi persoalan bersama.
Tentu saja persoalan tersebut membutuhkan perhatian semua pihak untuk mendapatkan solusinya.
Diketahui, acara KUPI-II akan dihadiri oleh berbagai ulama perempuan dari seluruh dunia.
Demikian tadi Kongres Ulama Perempuan Indonesia yang juga berperan dalam perwujudan kesetaraan gender di Indonesia. (*)