“Kita anak muda ini sering menjadi korban karena usia. Apalagi kalau ditambah kita perempuan, miskin, jadi semakin dipinggirkan. Anak muda juga sering menjadi korban KBGO (Kekerasan Berbasis Gender Online). Day to day kita merasakan itu. Di KUPI ini, keinginan anak-anak muda tidak hanya sekedar didengar, tetapi juga dicatat dan diimplementasikan,” ungkap Tia.
Tia juga mengungkapkan jika penyelenggaraan KUPI II ini, telah mengakomodir kebutuhan anak muda.
“Semoga ke depan ada acara-acara seperti ini. Kita mempunyai forum-forum intergenerational yang mau mendengar dan mengimplementasikan kebutuhan anak muda,” pungkasnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Misni Parjiati, salah satu peserta KUPI dari perwakilan difabel.
Ia mengatakan jika perempuan dengan disabilitas juga merupakan kelompok rentan yang kerap dianggap tidak menguntungkan dan ditinggalkan.
“Ketika mengikuti KUPI, saya mengapresiasi KUPI karena melibatkan teman-teman difabel untuk mengikuti acara ini. Isu disabilitas ini menjadi sangat penting. Karena disabilitas atau tidak adalah hamba Allah yang setara,” terang Misni.
Misni berharap, akan semakin banyak orang-orang non-difabel yang mendukung kelompok difabel untuk berkontribusi.
“Harapan saya, kesadaran ini menjadi lebih luas. Banyak yang mau menjadi teman-difabel, sehingga kesulitan-kesulitan yang menjadi halangan disabilitas bisa terkurangi,” tutup Misni.
Dwi Faiz dari UN Women juga menambahkan isu femisida yang saat ini banyak terjadi di berbagai negara.
Femisida adalah pembunuhan yang dilakukan kepada perempuan karena ia perempuan.
“Jika tadi Mbak Alissa mengatakan bentuk paling ekstrem dari diskriminasi adalah kekerasan, maka bentuk paling ekstrem dari kekerasan adalah femisida,” ungkap Dwi.
Berdasarkan hasil studi UN Women, angka femisida mencapai 40.000 kasus. Biasanya para korban dibunuh oleh anggota keluarga terdekat.
“Kami, UN Women, berharap ada sebuah gerakan untuk memperjuangkan keadilan bagi perempuan yang dipimpin oleh perempuan, di mana gerakan ini mampu memajukan peradaban. Dan ini sesuai dengan nilai yang diperjuangkan oleh KUPI,” tutup Dwi. (*)