Hal ini juga juga sejalan dengan survei yang dilakukan OJK yang mengungkapkan bahwa 66,7 persen penerima P2P atau pinjaman online adalah perempuan.
Sebagai salah satu pembicara diskusi pada acara Women in Fintech Roundtable Discussion, hadir Sati Rasuanto, yang merupakan Co-Founder dan CEO VIDA.
"Dalam proses onboarding pengguna layanan digital, keberhasilan verifikasi dan otentikasi identitas digital sesuai dengan identitas legal menjadi salah satu kunci penentu bergabungnya pengguna ke dalam platform layanan fintech," terang Sati.
"Untuk itulah, sebagai penyedia layanan verifikasi identitas dan sertifikat elektronik, VIDA berkomitmen untuk terus berinovasi dalam menghasilkan teknologi yang inklusif dan ramah bagi berbagai gender," lanjutnya.
Dengan begitu, menurut Sati pengguna layanan digital khususnya perempuan dapat melakukan proses onboarding dalam platform digital secara mudah, aman, dan nyaman tanpa adanya bias dan kendala terkait teknologi deteksi verifikasi identitas.
Selain akses dan kemudahan penggunaan layanan fintech, literasi digital dan literasi keuangan yang memadai juga menjadi faktor penting dalam menjamin perempuan mendapatkan kenyamanan dan keamanan penggunaan layanan keuangan di dalam ekosistem digital.
Masih berdasarkan Laporan Survei Anggota Tahunan AFTECH, indeks literasi keuangan baik laki-laki maupun perempuan telah mengalami peningkatan.
Pertumbuhan literasi keuangan perempuan juga didapati meningkat dua kali lipat dibandingkan laki-laki pada tahun 2016 hingga 2019 dengan peningkatan sebesar 12,4 persen.
Sati Rasuanto menambahkan, "Literasi digital dan keuangan yang belum merata di tengah meningkatnya penggunaan layanan fintech di kalangan perempuan, masih menempatkan kelompok masyarakat ini, khususnya di Indonesia, sebagai pengguna layanan yang rentan terhadap berbagai resiko kejahatan keuangan."
"Meningkatnya jumlah kasus perempuan sebagai korban platform pinjaman dan investasi online ilegal menunjukan rendahnya literasi keuangan dengan berbagai latar belakang yang masih perlu diperhatikan baik oleh pelaku bisnis industri fintech maupun pemerintah," imbuhnya lagi.
Dengan dilakukannya advokasi literasi digital dan keuangan seiring penetrasi penggunaan layanan fintech, VIDA optimis kedepannya hal ini dapat dijadikan salah satu solusi dari inklusi keuangan perempuan dalam membantu pemulihan ekonomi pasca pandemi di Indonesia.
Tidak hanya sebagai pengguna, Sati mendorong peningkatan peran perempuan di balik inovasi teknologi fintech agar perempuan merasa aman dan nyaman menggunakan produk fintech dalam bertransaksi di ekosistem digital.
Inspiratif sekali ya, Kawan Puan. Mudah-mudahan informasi tersebut bermanfaat buatmu!
Baca Juga: Ingin Pinjam Uang di Fintech Lending? Perhatikan Dulu 6 Tips Hemat Ini
(*)