Parapuan.co - Fenomena pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak 2020 menjadi momentum penting masyarakat Indonesia.
Salah satunya untuk lebih menyadari pentingnya memiliki perencanaan keuangan, termasuk dana darurat, asuransi kesehatan, hingga investasi.
Baru-baru ini, Populix secara khusus menjalankan sebuah survei untuk melihat kembali tentang kesadaran dan perilaku masyarakat Indonesia dalam berinvestasi, serta rencana investasi mereka di masa depan.
Lewat siaran pers yang diterima PARAPUAN, laporan survei berjudul "Insights and Future Trends of Investment in Indonesia" itu menunjukkan masyarakat telah memiliki kesadaran lebih baik dalam berinvestasi.
Mayoritas (72%) responden yang disurvei mengatakan bahwa mereka telah mulai berinvestasi, terutama di kalangan generasi millennials.
Angka itu meningkat apabila dibandingkan dengan survei Populix pada Januari 2021 yang mengungkap bahwa hanya ada kurang dari setengah responden (44%) yang telah mulai berinvestasi.
"Survei tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, yang kini melek akan investasi," ujar Dr. Timothy Astandu, Co-Founder dan CEO Populix.
"Kehadiran berbagai aplikasi investasi di tanah air juga tentunya mendorong inklusivitas kepada anak muda untuk mulai berinvestasi," imbuhnya.
"Hal ini terlihat juga dari mayoritas responden yang memilih untuk menjalankan investasi melalui aplikasi," jelas Timothy lagi.
Baca Juga: 4 Jenis Investasi yang Cocok Bagi Karyawan Bergaji UMP saat Resesi
Pihaknya menjelaskan bahwa survei juga menunjukkan para responden telah mempertimbangkan aspek-aspek kondisi keuangan mereka, kejelasan informasi, serta profil risiko dari masing-masing instrumen investasi.
Artinya, banyak yang sudah memiliki kesadaran dan literasi keuangan lebih baik sebelum memulai untuk berinvestasi.
Namun, Timothy mengingatkan kalau fenomena ini juga menjadi alarm pengingat bagi semua pihak.
Bahwasanya masih diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak untuk terus mengimbangi minat anak muda Indonesia pada tren investasi dengan literasi keuangan yang lebih baik lagi.
Perilaku dan Tujuan Investasi Masyarakat Indonesia
Mayoritas responden (64%) dari segala rentang usia memiliki tujuan utama berinvestasi untuk mempersiapkan dana darurat.
Secara khusus jika melihat perilaku berinvestasi dari setiap generasi, survei menunjukkan bahwa investasi tidak hanya untuk mempersiapkan dana darurat.
Gen Z dan millennials cenderung berinvestasi untuk mendapatkan penghasilan tambahan, sementara Gen X memiliki tujuan untuk mengumpulkan dana pensiun.
Sementara itu, reksa dana (47%) masih menempati instrumen investasi paling banyak dipilih oleh masyarakat Indonesia sejak tahun 2021.
Baca Juga: Nilai Perhiasan Berkurang Saat Dijual, Ini Fungsi Emas dalam Investasi
Instrumen investasi lain yang saat ini juga banyak dipilih meliputi perhiasan emas (46%), saham (32%), logam mulia (30%), deposito (29%), properti (21%), hingga kripto (20%).
Menariknya, Gen Z cenderung memilih investasi dalam bentuk reksa dana, sementara millennials dan Gen X lebih tertarik untuk berinvestasi pada perhiasan emas.
Instrumen investasi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memiliki profil risiko rendah merupakan dua alasan utama para responden dalam memilih instrumen investasi.
Untuk mencari informasi seputar instrumen investasi, sebagian besar (68%) masyarakat Indonesia memanfaatkan media sosial, khususnya YouTube dan Instagram.
Di samping itu, mereka juga mencari informasi resmi dari OJK (42%), teman atau rekan kerja (40%), situs resmi institusi keuangan (34%), dan influencer (32%).
Sumber Dana dan Platform Investasi Masyarakat Indonesia
Dalam berinvestasi, 5 dari 10 responden mengatakan mereka menyisihkan sebagian dana dari pendapatan rutin serta tabungan mereka.
Di antara 54% responden yang mengalokasi anggaran dari pendapatan rutin, mayoritas menyisihkan sekitar Rp100 ribu-Rp250 ribu pendapatan mereka.
Di sisi lain, responden juga mengalokasikan 5-10% untuk sumber dana investasi dari pendapatan lainnya, seperti tabungan, bonus atau penghasilan tambahan, THR, dana dari keluarga, dana darurat, dan hasil penjualan aset.
Baca Juga: Didominasi Investor Muda, Ini 5 Jenis Aset Kripto Paling Diminati di Indonesia
Responden cenderung berinvestasi melalui platform aplikasi, bank, atau bahkan keduanya.
Sebesar 71% responden memilih untuk berinvestasi melalui aplikasi karena kemudahan dalam satu aplikasi, ketentuan investasi yang tidak rumit, serta hanya membutuhkan modal yang relatif kecil.
Bibit (56%) merupakan aplikasi investasi yang digunakan oleh setengah responden, diikuti dengan DANAeMAS (33%), Ajaib (28%), Tokopedia (25%), dan OVO Invest (20%).
Di sisi lain, 44% responden yang memilih untuk berinvestasi melalui bank mengatakan bahwa mereka menganggap bank sebagai perusahaan terpercaya untuk keperluan investasi, kemudahan dalam berinvestasi, dan memiliki ketentuan yang tidak rumit.
Beberapa bank utama yang dipercaya oleh responden untuk berinvestasi meliputi BRI (31%), BCA (31%), Bank Mandiri (30%), dan BNI (27%).
Rencana Investasi Masyarakat Indonesia di Masa Depan
Di tengah meningkatnya minat masyarakat Indonesia dalam berinvestasi, masih terdapat 28% responden yang belum berinvestasi karena kondisi keuangan yang tidak mencukupi untuk memulai investasi (78%).
Selain itu, masih juga terdapat pemahaman bahwa investasi membutuhkan dana yang besar (36%), takut mengambil risiko (32%), kesulitan untuk memahami informasi seputar investasi (20%), trauma pengalaman penipuan investasi di masa lalu (14%), dan bertentangan dengan kepercayaan atau berisiko mengandung riba (8%).
Namun demikian, 95% responden sudah memiliki rencana untuk berinvestasi di masa depan, terutama pada instrumen logam mulia (49%), perhiasan emas (42%), saham (42%), properti (37%), reksa dana (35%), dan deposito (32%).
Nah, kalau Kawan Puan sendiri termasuk tipe generasi yang mana nih dalam berinvestasi secara online?
Baca Juga: Agar Untung Maksimal, Ini Tips Investasi untuk Generasi Z Menurut Ahli
(*)