Dukung Pemerintah, L'Oréal Indonesia Tunjukkan Komitmen untuk Mengurangi Sampah Plastik

Ratu Monita - Jumat, 9 Desember 2022
L'Oréal Indonesia berupaya mendukung pemerintah melalui komitmen dalam mengurangi sampah plastik.
L'Oréal Indonesia berupaya mendukung pemerintah melalui komitmen dalam mengurangi sampah plastik. Fausta Bayu

Parapuan.co - L'Oréal Indonesia menunjukkan komitmennya dalam mengurangi dan menangani sampah plastik melalui L'Oréal For The Future. 

L'Oréal for the Future (L4TF) sendiri merupakan strategi pembangunan berkelanjutan dengan target berbasis sains dan memiliki komitmen jangka panjang hingga 2030.

Dalam jumpa pers yang diselenggarakan pada Selasa, (6/12/2022), Presiden Direktur L'Oréal Indonesia, Junaid Murtaza, memberikan penjelasannya. 

“Di L'Oréal, kami memiliki tujuan yang sama untuk menciptakan kecantikan yang menggerakkan dunia. Hari ini kami menegaskan komitmen kami terhadap keberlanjutan melalui L'Oréal For The Future yang merupakan bagian tak terpisahkan dari L'Oréal Indonesia," ujar Junaid. 

Dalam strategi ini, L4TF mencakup enam topik utama, di antaranya air, iklim, keanekaragaman hayati, pemberdayaan komunitas, dampak finansial, dan limbah.

Adapun strategi L4TF ini menargetkan untuk mencapai pengurangan 78% penggunaan virgin plastic dan 26% pengumpulan sampah kemasan melalui kolaborasi daur ulang di tahun 2025. 

Strategi yang dijalani L'Oréal Indonesia sejalan dengan Peraturan Presiden No. 83 tahun 2018 tentang penanganan sampai laut dengan target pengurangan sampah laut sebesar 70% pada 2025.

Sebagai informasi, limbah plastik yang dihasilkan Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun dan 3,2 juta ton terbuang ke laut.

Dalam kesempatan yang sama, Ujang Solihin Sidik, M.Sc., selaku Kasubdit Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan memberikan tanggapannya. 

Baca Juga: Setelah Viral di TikTok, L'Oréal Paris Luncurkan Eye Serum Terbaiknya di Indonesia

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?