Parapuan.co - Rorokenes adalah brand lokal asal Semarang yang menawarkan tas anyaman dari kulit handmade.
Bisnis artisan tas anyaman dengan 100 persen kulit asli ini didirkan oleh Syanaz Nadya Winanto Putri pada tahun 2014.
Desain tas yang elegan dan multifungsi, dibalut dengan anyaman kreasi tradisional Indonesia menjadi ciri khas karya Rorokenes.
Rorokenes menawarkan berbagai pilihan tas kulit untuk perempuan hingga laki-laki, yang terdiri dari clutch, tote bag, boston bag, shoulder bag, hingga backpack.
Kini, produk Rorokenes pun sudah berhasil menembus pasar global dengan ekspor hingga ke Jepang.
Tak sampai di situ, produknya juga sudah pernah dibeli oleh konsumen dari berbagai negara, mulai dari Qatar, Hongkong, Malaysia, Singapura, Australia, Selandia Baru, hingga beberapa negara di Eropa.
Di balik kesuksesan Rorokenes sebagai sebuah brand tas lokal yang berhasil masuk ke pasar internasional, ternyata diakui Syanaz ia juga memulai bisnisnya dari kecil.
Awalnya, Syanaz mengaku bahwa ia hanya seorang ibu rumah tangga yang meminjam uang dari suaminya sebagai modal bisnis.
Ia menceritakan bahwa awalnya dalam memulai usaha tas anyaman dengan mengerjakannya di teras rumah.
Baca Juga: Bangun Usaha Tintin Chips, Rina Trisnawati Berdayakan Ibu dengan Anak Difabel Jadi Karyawan
"Dengan hanya satu penjahit dan satu helper. Tapi sekarang pegawai saya sudah ada 35 orang,"cerita Syanaz dalam acara Inspirasi Perempuan Indonesia Festival 2022 yang dihadiri PARAPUAN (16/12/2022).
Menurut Syanaz, salah satu kunci kesuksesannya dalam membesarkan usahanya sampai bisa ekspor ke luar negeri adalah dengan bergabung dalam komunitas.
Adapun dalam komunitas yang ia ikuti tersebut sering menggelar kegiatan, mulai dari sharing pengalaman hingga inkubator bisnis.
"Saya di dalam komunitas sering curhat setiap kali menghadapi tantangan. Dan di situ juga saya mendapatkan informasi akan pembelajaran, salah satunya tata kelola keuangan, cara menjual barang melalui platform digital, hingga membuat business plan," cerita Syanaz.
Selain mendapatkan insight, menurut Syanaz dengan mengikuti inkubator bisnis juga bisa memperluas jejaring sehingga meningkatkan peluang bisnis lebih berkembang.
Dengan berada di komunitas dan mengikuti sejumlah pelatihan, perlahan bisnis Rorokenes pun makin dikenal luas hingga akhirnya bisa ekspor ke berbagai negara.
Bukan hanya ekspor ke berbagai negara, bakan salah satu pencapaian yang menurut Syanaz sangat penting adalah ketika Rorokenes bisa menjadi Official Merchandise untuk acara G20.
Diceritakan olehnya bahwa produk tas anyaman dari Rorokenes berhasil dipamerkan di acara G20 yang diadakan di Bali.
Baca Juga: Jenama Lokal KaIND Rancang Suvenir G20 dengan Serat Ramah Lingkungan
View this post on Instagram
Praktik Pemberdayaan Perempuan
Bukan hanya berorientasi pada keuntungan saja, ternyata Rorokenes punya tujuan lain dalam menjalankan bisnisnya.
Yaitu dengan memproduksi tas anyaman sekaligus memberdayakan para ibu yang ada di Semarang.
"Saya masuk ke ibu-ibu agar supaya mereka bisa mendapatkan pendapatan tambahan tanpa harus meninggalkan anaknya," ujar Syanaz.
Selain itu, dengan melibatkan ibu-ibu, menurut Syahnaz ada proses healing yang bisa dirasakan oleh mereka.
"Proses healing ini penting yah. Karena menganyam itu healing loh. Sambil nonton sinetron, nungguin anaknya, mereka sambil nganyam. Dan menganyam itu balancing antara otak kanan dan otak kiri," ujar Syanaz.
Syanaz melalui jenama tas lokal ini pun berusaha untuk serius melibatkan ibu-ibu di daerah Semarang agar mau terlibat.
Bukannya tanpa alasan, Syanaz percaya bahwa dengan memberdayakan ibu akan memperkuat keluarga.
Baca Juga: Yuk, Ikuti Program Literasi Keuangan untuk UMKM Perempuan Ini
"Selain itu, memberdayakan ibu juga berarti memperkokoh bangsa ke depannya," tambahnya.
Rorokenes sendiri pun akan mengajarkan ibu-ibu di Semarang tersebut untuk menganyam dan akan membeli hasil anyamannya.
Diceritakan oleh Syanaz bahwa pada masa lampau hasil anyaman pernah dijadikan alat tukar pengganti uang.
Ia pun mengaku khawatir, bahwa jika budaya ini tidak dirawat, akan membuat kemampuan ini punah.
"Nah skill ini yang kemudian kita berikan kepada mereka yang tidak bisa bersekolah tinggi. Dengan kamu menganyam, kamu bisa mendapatkan uang," ujarnya.
Tapi tak sampai di situ, ada misi lain yang dibawa Rorokenes saat mengajak para ibu tersebut terlibat dalam proses produksi.
"Kami juga memberikan literasi finansial dan gender. Yang mana di dalam literasi gender itu memberikan pemahaman agar mereka berdaya ekonomi dan mandiri," jelas Syanaz lagi.
Hal ini dilakukan Syanaz karena ia melihat dari para ibu tersebut banyak yang datang dari golongan masyarakat marjinal.
"Di sini Rorokenes ingin menjadikan industri kami sebagai platform untuk menyuarakan akan hal ini, bahwa kesetaraan gender atau pemberdayaan perempuan berarti harus menaikkan literasi ke seluruh anggota keluarga, termasuk ibu," ujar Syahnaz.
(*)
Baca Juga: Pentingnya Pemberdayaan Petani Ulat Sutra Eri untuk Penuhi Kebutuhan Industri Mode Berkelanjutan