Parapuan.co - Transplantasi ginjal menjadi salah satu terapi gagal ginjal yang dialami oleh orang dewasa.
Dalam acara Launching Transplantasi Ginjal Siloam Hospital ASRI, Kamis, (12/01/2023), Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM, Ketua Tim Transplantasi Ginjal RS Siloam ASRI mengungkap transplantasi ginjal bermanfaat untuk meningkatkan harapan hidup pasien gagal ginjal kronik.
Meski umum dilakukan pada pasien dewasa, namun apakah transplantasi ginjal bisa dilakukan pada anak-anak?
Prof. Endang menyatakan pasien yang masih anak-anak bisa menjalani transplantasi ginjal jika kondisi yang diderita yakni gagal ginjal kronik.
"Transplantasi enggak bisa dijalankan kalau gagal ginjal akut," lanjut Prof. Endang.
Jadi seorang anak juga bisa mengalami gagal ginjal kronik.
Siapa Pendonor Ginjal untuk Anak?
Mengenai pendonor ginjal pada anak yang akan menjalani transplantasi ginjal biasanya adalah orang tua mereka sendiri.
Prof. Endang menyatakan bahwa transplantasi ginjal dapat dijalani oleh anak minimal usia sembilan tahun.
Baca Juga: Dokter: Transplantasi Ginjal Perawatan Ideal Gagal Ginjal Kronis
Pada kesempatan yang sama, Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K), Ketua ASRI Urology Center (AUC) mengungkap kalau di Siloam Hospital ASRI belum pernah dilakukan transplantasi ginjal pada anak.
"Kalau di ASRI kebetulan belum mulai transplantasi pada anak, tapi bukanlah hal yang sulit karena kebetulan kita punya konsultan nefrologi anak," ujar dr. Nur Rasyid.
Walau begitu, dr. Nur Rasyid punya pengalaman melakukan transplantasi ginjal di RS Dr. Cipto Mangunkusumo.
"Beberapa kali kami transplantasi, entah ibunya atau bapaknya (pendonor ginjal)," ujar dr. Nur Rasyid.
Hasil dari transplantasi ginjal pada anak pun menurut dr. Nur Rasyid sangat baik.
Kendala Transplantasi Ginjal
Meski bisa dilakukan, namun transplantasi ginjal pada anak bukannya tanpa tantangan dan kendala.
"Biasanya kendalanya adalah kalau pasien itu berasal dari daerah, di mana kontrol terhadap infeksi tidak cukup baik," papar dr. Nur Rasyid.
Menurutnya, beberapa kasus itu bisa dikatakan tidak bertahan lama pada anak karena pengawasannya tak sesuai dan cukup.
"Untungnya sekarang dengan adanya sistem internet yang membaik, bisa WhatsApp dokternya dengan baik, harusnya kendala tersebut bisa diatasi," pungkas dr. Nur Rasyid.
Baca Juga: Ini Alasan Saksi Ahli BPOM Mampu Percepat Penanganan Kasus Gagal Ginjal Akut di Indonesia
(*)