Parapuan.co - Hubungan pernikahan yang toksik dan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah mimpi buruk bagi banyak perempuan.
Ketika terjebak dalam kondisi terpuruk seperti itu, kita merasa seperti tak akan ada lagi harapan untuk keluar dan merasakan kehidupan yang bahagia.
Namun, tidak bagi perempuan bernama Itha G. Schneider, yang baru saja merilis buku autobiografi bertajuk Itha.
Dalam bukunya tersebut, Itha menceritakan lika liku perjalanan hidupnya sebagai seorang istri yang kerap mendapatkan perlakukan kasar dari mantan suami yang manipulatif.
Ia juga menyampaikan bagaimana pergulatan batin sebagai seorang perempuan yang terpaksa bertahan dalam rumah tangga yang toxic demi anak, hingga pada akhirnya ia mampu mengambil keputusan untuk bercerai.
"Pergulatan batin saya, sempat berpikir apakah hal yang dilakukan suami itu karena salah saya, sempat gagal, try again, hampir give up, akhirnya rujuk demi anak. Namun setelah rujuk perlakuan dia justru semakin kasar," tutur Itha saat peluncuran bukunya (14/1/2023).
Diakuinya, beragam bentuk kekerasan pernah dialaminya saat mengarungi rumah tangga bersama mantan suaminya tersebut.
Mulai dari ditodong pisau hingga dipukul di bagian pelipis mata saat hamil anak kedua.
Tak hanya itu, kekerasan ekonomi juga dialami Itha lantaran tak menerima nafkah dari suami dan harus berjuang sendiri dengan berjualan untuk menghidupi keluarga.
Baca Juga: Dampak Kasus KDRT, Venna Melinda Segera Gugat Cerai Ferry Irawan
"Pernah tiba-tiba ada yang datang ke saya mengaku dihamilin suami saya. Datang ke saya nagih utang karena suami saya kalah main judi. Untuk lebih tahu siapakah Itha, silahkan baca bukunya," ujarnya.
Namun Itha tak mau berdiam diri dalam keterpurukkan pasca menjadi korban KDRT dan bercerai dengan mantan suaminya.
Perempuan yang kini menetap di New York, Amerika Serikat, ini juga menceritakan tentang bagaimana dirinya berjuang untuk bangkit dari trauma KDRT dan stigma negatif status janda usai bercerai.
Ia bangkit dari masa kelamnya dan ingin membuktikan bahwa tiap perempuan bisa bangkit secara mandiri.
Ketika Itha megambil keputusan pindah ke New York pada tahun 1997, kariernya dimulai dari nol.
Ia pernah bekerja sebagai pegawai Dunkin Donuts, karyawan di sebuah perusahaan perhiasan hingga akhirnya meniti karier di bisnis properti sebagai seorang pengusaha real estate di Amerika Serikat.
Mengadu nasib di negeri Paman Sam membawa Itha bertemu dengan tambatan hatinya Fred Schneider yang turut membantunya melawan trauma masa lalu.
Kisah romansa tersebut pun akhirnya berakhir bahagia ketika keduanya resmi menikah pada tahun 2001, yang juga Itha ceritakan dalam bukunya.
Baca Juga: Alami KDRT, Venna Melinda Ajak Penyintas Lain untuk Speak Up
Melalui buku yang ditulisnya tersebut Itha berharap bisa menjadi inspirasi dan kekuatan bagi semua perempuan yang menjadi korban KDRT.
Itha berharap semua korban KDRT, khususnya kaum perempuan, harus berani bersuara dan meraih mimpi mereka, seperti yang dilakukannya.
"Buku ini ditulis untuk perempuan-perempuan korban KDRT yang diam, perempuan-perempuan yang tak berani speak up! Kalian harus berani ambil keputusan. Jangan takut bersuara!" tegas Itha.
(*)