Parapuan.co - Pengunduran diri Jacinda Ardern dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Selandia Baru terbilang cukup mengejutkan.
Terlebih jika melihat kiprahnya selama berada di kursi perdana menteri dan kebijakannya untuk warga Selandia Baru selama pandemi Covid-19.
Seperti melansir Kompas.com, Selandia Baru bahkan tercatat menjadi negara dengan penanganan Covid-19 terbaik menurut survei sebuah lembaga di Australia.
Hal itu bisa saja membuat masyarakat Selandia Baru mengharapkan Jacinda Ardern memimpin mereka lebih lama.
Sayangnya sebelum masa jabatannya berakhir di semester kedua tahun 2023 ini, Jacinda terlebih dulu mengundurkan diri.
Alasan utama Jacinda mengundurkan diri karena ia merasa sudah tidak mempunyai sesuatu yang bisa diberikan jika menjadi perdana menteri lebih lama lagi.
"Aku tahu apa yang dibutuhkan pekerjaan ini. Dan aku tahu bahwa aku tidak lagi memiliki cukup tangki untuk melakukannya dengan adil. Sesederhana itu," kata Jacinda kepada pers.
"Aku manusia. Politisi adalah manusia. Kita bisa memberikan apa pun selama yang kita mampu. Dan bagiku, sekarang adalah waktunya (berhenti)," imbuhnya.
Atas pernyataan penunduran dirinya tersebut, ia paling lambat akan meninggalkan pekerjaannya pada awal Februari 2023.
Baca Juga: Menurut Erika Retnowati, Ini 4 Hal Penting yang Harus Dimiliki Pemimpin Perempuan
Dan terlepas dari alasan pengunduran dirinya yang diungkapkan kepada publik, ternyata ada beberapa sebab utama pemimpin perempuan meninggalkan pekerjaan mereka.
Ini terungkap dalam laporan Women in the Workplace 2022, yang mencatat fenomena Great Breakup, di mana banyak pemimpin perempuan di Amerika Serikat meninggalkan pekerjaannya.
Melihat kenyataan tersebut, para peneliti kemudian mengungkap bahwa terdapat tiga alasan utama yang membuat pemimpin perempuan meninggalkan pekerjaan mereka.
Apa saja? Berikut penjelasannya sebagaimana mengutip World Economic Forum!
1. Pemimpin Perempuan Ambisius tapi Menghadapi Lebih Banyak Rintangan
Peneliti menyebutkan bahwa pemimpin perempuan sama ambisiusnya dengan laki-laki saat menjalankan pekerjaan mereka.
Namun, pemimpin perempuan harus menghadapi lebih banyak rintangan sehingga menyulitkan mereka untuk maju.
Perempuan juga cenderung dipandang tidak atau kurang memenuhi syarat atau disalahartikan sebagai "lebih junior" dibandingkan laki-laki.
Baca Juga: Ini Dia Alasan Mengapa Pemimpin Perempuan Dibutuhkan dalam Perusahaan
2. Pemimpin Perempuan Terlalu Banyak Bekerja dan Kurang Dihargai
Laporan Women in the Workplace 2022 menunjukkan bahwa 43 persen pemimpin perempuan merasa kelelahan karena pekerjaannya.
Pasalnya, mereka menghabiskan waktu dan energi untuk suatu pekerjaan yang tidak dihargai.
Dibandingkan dengan laki-laki, perempuan sebagai pemimpn lebih berupaya untuk keberagaman, kesetaraan, dan inklusi.
3. Pemimpin Perempuan Menginginkan Budaya Kerja yang Berbeda
Penelitian juga menyebutkan bahwa pemimpin perempuan lebih mungkin berhenti dari pekerjaan karena menginginkan lebih banyak fleksibilitas dibandingkan laki-laki.
Perempuan cenderung lebih tertarik bekerja di perusahaan yang lebih menunjukkan komitmen pada kesejahteraan dan keberagaman maupun kesetaraan tadi.
Itulah tiga alasan pemimpin perempuan meninggalkan pekerjaannya menurut penelitian.
Bagaimana menurut Kawan Puan?
Baca Juga: Menyingkap Pekerjaan yang Tak Terlihat Pada Perempuan di Era Digital
(*)