Parapuan.co - Seorang usher event biasanya adalah perempuan maupun laki-laki yang sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani tanpa kekurangan suatu apapun.
Hal ini sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab usher event yang harus mengarahkan dan menginformasikan pengunjung segala hal yang berkaitan dengan suatu acara.
Tak jarang usher event harus berjalan, berdiri, dan duduk dalam waktu lama sehingga kekuatan jasmani amat diandalkan.
Namun ada satu hal berbeda dari usher event konser BLACKPINK World Tour [BORN PINK] di Jakarta tanggal 11 dan 12 Maret 2023.
Usher event yang digandeng oleh iMe Indonesia selaku promotor adalah seorang difabel.
Khususnya, difabel yang diajak jadi usher konser BLACKPINK adalah mereka pengguna kursi roda.
Salah satunya adalah Johanna Caroline, usher perempuan difabel dalam konser BLACKPINK BORN PINK di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
PARAPUAN sempat menemui dan berbincang langsung dengan Johanna Caroline yang ditugaskan sebagai usher untuk area ring road GBK.
Yuk, kenalan lebih lanjut dengan Johanna Caroline, usher perempuan difabel di konser BLACKPINK yang tanggap dalam membantu penonton di GBK.
Baca Juga: Agar Lebih Inklusif, Ini 5 Tips Membuat Internet Ramah dan Aksesibel bagi Difabel
Pertama Kali Ikut Event Non-Disabilitas
Johanna Caroline mengaku bahwa konser BLACKPINK BORN PINK adalah event non-disabilitas pertama yang ia ikuti.
Sebelumnya, Johanna sudah pernah jadi usher event namun khusus untuk acara disabilitas.
Salah satunya adalah acara Hari Disabilitas Internasional yang ia ikuti sebagai usher difabel.
"Untuk yang non-disabilitas event, ini pertama kali. Tapi untuk disabilitas event misalnya untuk Hari Disabilitas Internasional saya sudah pernah," kata Johanna pada PARAPUAN, Sabtu, (11/3/2023).
Johanna menuturkan bahwa ia di konser BLACKPINK bertugas sebagai usher, bagian dari kru yang berjaga di area ring road Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Saat ditemui PARAPUAN, Johanna tengah berjaga di luar Stadion Utama Gelora Bung Karno sambil membantu menjawab pertanyaan dari penonton yang menanyakan arah.
Johanna menuturkan bahwa sebagai usher ia memiliki tanggung jawab untuk mengetahui area-area penting di venue.
Ia juga bertugas untuk menginformasikan kepada penonton letak fasilitas-fasilitas yang kerap ditanyakan misalnya pintu masuk dan toilet.
Baca Juga: 6 Alasan Perusahaan Harus Pekerjakan Difabel, Ini Keuntungannya!
"Jadi kita bantu mengarahkan kalau penonton datang ke sini mau lewat pintu mana, toilet di mana, bagian informasi di mana," jelas Johanna saat ditemui PARAPUAN di area GBK.
"Terus misalkan ada keperluan medis kita yang mengarahkan juga tempat medis di mana," tambahnya.
Proses Rekrutmen Usher Difabel
Awal mula Johanna bergabung dalam konser BLACKPINK BORN PINK adalah ketika ada lowongan untuk wheel chair user sebagai usher.
GSH PRO, agensi yang menyalurkan orang-orang untuk bekerja sebagai crowd control dan usher membuka lowongan usher khusus difabel untuk konser BLACKPINK.
Johanna pun saat itu mencoba mendaftar dengan mengirim email ke pihak GSH PRO.
"Proses rekrutmennya mereka di GSH PRO, ada di socmed-nya, "Kami perlu wheel chair user untuk jadi bagian dari kru"," ungkap Johanna.
"Jadi kirim email, nanti di-WA. Jadi beberapa dari saya dan temen saya kirim email ke mereka (GSH PRO)," tambahnya.
Johanna pun sempat diminta oleh Gita Suhardi dari GSH PRO untuk mengajak teman-teman difabel pengguna kursi roda untuk ikut dalam proses rekrutmen.
Ketika ditanya soal kualifikasi untuk menjadi usher, Johanna yang juga aktif sebagai pebasket di Jakarta Swift Wheelchair Ball ini mengaku tidak ada pelatihan khusus.
"Nggak ada pelatihan khusus, yang penting kita bisa berkomunikasi dengan baik saja, tahu informasi saja, tahu toilet di mana. Pokoknya tempat-tempat umum yang banyak tanya di sini kita tahu," pungkasnya.
Nah Kawan Puan, itu tadi cerita Johanna Caroline, usher perempuan difabel konser BLACKPINK BORN PINK di Jakarta.
Apakah kamu sempat ketemu langsung dengan Johanna saat nonton konser BLACKPINK kemarin?
Baca Juga: Zairiah Lubis 'Nenek Guru' Jadi Perempuan Difabel yang Mengajar TK selama 22 Tahun
(*)