Eugenia Siahaan dan Peran Public Relation di Tengah Maraknya Medsos

Linda Fitria - Senin, 15 Mei 2023
Eugenia Siahaan
Eugenia Siahaan dok. pribadi

Parapuan.co - Di era teknologi seperti saat ini, hampir semua orang menggunakan media sosial untuk berkomunikasi.

Karenanya, tak heran kalau perusahaan-perusahaan mulai mengembangkan media sosial untuk membangun relasi dengan masyarakat.

Apalagi setelah pandemi yang membuat banyak orang lebih banyak menghabiskan waktunya secara virtual.

Namun, meski kini banyak perusahaan memanfaatkan media sosial, peran public relation masih dianggap penting oleh Eugenia Siahaan, Direktur Eugenia Communications.

Dari rilis yang PARAPUAN terima, Eugenia Siahaan tak mau berhenti menyuarakan pentingnya PR dalam sebuah perusahaan, rumah sakit, organisasi, maupun bentuk bisnis lain.

Salah satu yang ingin ia garis bawahi adalah seberapa panjang dampak yang ingin dicapai oleh perusahaan, organisasi, dan rumah sakit, apakah jangka pendek atau jangka panjang?

Wanita kelahiran Jakarta, 28 September 1968 ini mengatakan, “Pekerjaan PR lebih dari sekadar membangun engagement dengan masyarakat."

"Pada dasarnya, media sosial memang ampuh jika ingin membangun relasi dengan publik dan jika tujuan utamanya ada pada promosi atau penjualan karena memungkinkan two-way communications dengan publik. Hal ini bisa dikatakan sebagai tujuan jangka pendek."

"Namun tujuan jangka panjangnya lebih penting diperhatikan, yaitu menyangkut reputasi dan kepercayaan masyarakat, serta cara memitigasi krisis yang bahkan bisa timbul dari media sosial.”

Baca Juga: Mengenal Profesi Public Relation yang Diperankan Kim Da Mi di Our Beloved Summer

Selain itu, banyaknya akun media sosial bodong terkadang membuat akun-akun resmi menjadi "tertutupi", sehingga tak jarang masyarakat salah kaprah menerima informasi.

Kondisi tersebut tentu perlu di-handle oleh PR atau agensi PR khususnya di bidang kesehatan, agar tidak terjadi kesimpangsiuran.

Hal ini menunjukkan, baik PR dan media sosial harus bisa bersinergi, karena media sosial saja tidak cukup untuk membangun reputasi yang begitu kompleks.

Bisa dikatakatakan, media sosial merupakan salah satu tools yang digunakan PR dalam menyusun strategi komunikasi.

“Misalnya dalam dunia kesehatan, jika hanya berfokus mengunggah konten dan kemudian menimbulkan hoaks di masyarakat terkait informasi kesehatan, maka harus ada strategi yang tepat dari praktisi PR ataupun agensi PR yang ditunjuk,” tambahnya.

Hal ini menjadi dasar bagi Eugenia untuk tetap mengembangkan Eugenia Communications, agensi PR yang berfokus pada dunia kesehatan sejak 1999.

Serta, tetap mengedukasi relevansi PR bagi dunia kesehatan meskipun di tengah maraknya penggunaan media sosial yang terlihat seperti jalan pintas.

Eugenia, yang merupakan lulusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia pada 1992 ini kembali menambahkan betapa pentingnya peran PR di tengah hingar-bingar media sosial.

“Salah satu strategi yang kurang mampu dilaksanakan jika kita hanya berfokus pada media sosial adalah media relation. Jurnalis memegang peran penting dalam pergerakan arus informasi, termasuk informasi kesehatan."

Baca Juga: Catat! Ini Kualifikasi Pendidikan dan Keterampilan untuk Berkarier Jadi PR seperti Kim Da Mi

"Informasi dari jurnalis merupakan informasi yang kredibel, karena mereka hanya menulis berita berdasarkan pernyataan dan data yang akurat."

"Hal ini membuat berita-berita yang ditulisnya lebih bisa dipercaya oleh masyarakat, dibanding jika kita hanya memperkenalkan sendiri ‘citra’ kita lewat media sosial."

"Dalam situasi krisis pun, jika kita memiliki relasi media yang baik, akan lebih mudah terselesaikan,” tuturnya.

Namun sebagai catatan penting, tambahnya, seorang praktisi PR harus tetap mengikuti perkembangan zaman.

Praktisi PR harus mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi salah satunya media sosial, untuk memperbesar dampak dari strategi PR mereka.

“Media sosial memungkinkan PR menjangkau audiens yang jauh lebih besar dan dapat dimanfaatkan untuk membuat PR lebih dekat lagi dalam membangun hubungan dengan stakeholders."

"Dapat disimpulkan, media sosial tidak akan mampu menggantikan pekerjaan PR secara keseluruhan. Namun di sisi lain, seorang praktisi PR harus mampu memanfaatkan media sosial untuk memperbesar dampak dari strategi yang mereka buat," tutupnya.

Baca Juga: Mengenal Dokter Lala, Peraih Rekor MURI Berkat Konten Edukasi di Media Sosial

(*)

Penulis:
Editor: Linda Fitria


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru