Parapuan.co - Meski Polisi Republik Indonesia atau Polri punya sejarah panjang dan bahkan ada sejak sebelum kemerdekaan, tidak demikian halnya dengan Polwan.
Polwan atau polisi wanita baru terbentuk pada tahun 1948, setelah masuknya beberapa perempuan ke dalam tubuh Polri.
Salah satu Polwan pertama di Indonesia tersebut ialah Mariana Saanin Mufti.
Lantas, siapa sebenarnya sosok Mariana Saanin Mufti yang menjadi bagian dari Polwan pertama di Tanah Air?
Simak informasi mengenai profil Mariana Saanin Mufti seperti dikutip dari laman Stekom.ac.id!
Latar Belakang Mariana Saanin Mufti
Mariana Saanin Mufti merupakan seorang tokoh bersejarah dalam dunia kepolisian di Indonesia.
Ia bersama lima orang rekannya, yaitu Nelly Pauna Situmorang, Rosmalina Pramono, Dahniar Sukotjo, Djasmainar Husein, dan Rosnalia Taher, memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan kepolisian wanita.
Mariana Saanin Mufti lahir di Sumatra Tengah dan dikenal memiliki dedikasi yang tinggi terhadap negaranya.
Baca Juga: Hari Komando Pertahanan Udara Nasional, Yuk Kenali Apa Itu Wanita Angkatan Udara
Ia adalah salah satu dari enam perempuan Indonesia pertama yang memilih untuk bergabung dalam kepolisian pada masa yang sangat kritis.
Yakni ketika terjadi Agresi Militer Belanda II dan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Keberaniannya untuk bergabung dalam institusi kepolisian kala itu menjadi bukti nyata dari semangat patriotisme dan kesetiaan terhadap bangsanya.
Awal Karier sebagai Polwan
Pada tanggal 1 September 1948, Mariana dan lima rekannya memulai perjalanan mereka di Polri.
Mereka menjadi perempuan Indonesia pertama yang mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di Sekolah Polisi Negara (SPN) di Bukittinggi, Sumatra Tengah.
Pendidikan tersebut diadakan sebagai tanggapan terhadap pengungsian besar-besaran penduduk Indonesia yang berusaha melarikan diri dari wilayah-wilayah yang sedang berada dalam konflik dan serangan militer Belanda.
Saat itu, dalam rangka mengantisipasi penyusupan dan aktivitas kriminal di wilayah yang dikuasai oleh Republik Indonesia, semua pengungsi harus melewati pemeriksaan yang ketat, bahkan penggeledahan.
Namun, perempuan-perempuan pada masa itu menolak untuk digeledah oleh polisi pria.
Baca Juga: Hari Polisi Wanita: Ini Aturan Rambut Polwan di Indonesia hingga Amerika Serikat
Oleh karenanya, Pemerintah Indonesia mengambil langkah progresif dengan menginstruksikan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Bukittinggi untuk membuka program pendidikan inspektur polisi bagi perempuan.
Melalui seleksi yang ketat, Mariana dan lima rekannya dipilih sebagai perwakilan perempuan pertama yang menjalani pendidikan tersebut.
Pada 1 September 1948, mereka secara resmi memulai pendidikan mereka, hingga di tanggal itu kemudian ditetapkan sebagai Hari Polwan (Polisi Wanita).
Pengaruh dan Warisan
Akhirnya, Mariana Saanin Mufti dan rekan-rekannyalah yang bisa dibilang membuka jalan bagi kehadiran polisi wanita di Indonesia.
Mereka juga menjadi inspirasi bagi banyak perempuan Indonesia untuk terlibat dalam layanan publik dan karier di bidang-bidang yang sebelumnya dianggap hanya diperuntukkan bagi pria.
Prestasi mereka menggambarkan semangat perjuangan dan dedikasi yang luar biasa terhadap Tanah Air.
Mariana Saanin Mufti dan rekan-rekannya menjadi pelopor dalam membentuk sejarah kepolisian wanita di Indonesia.
Mereka memberi inspirasi bagi perempuan-perempuan berbakat untuk mengikuti jejak mereka dalam mengabdi kepada negara.
Warisan mereka sebagai Polwan pertama di Indonesia akan terus mengilhami generasi muda dan menjadi sumber inspirasi untuk meraih mimpi dan tujuan mereka, terutama dalam dunia keamanan dan penegakan hukum.
Perjalanan Mariana Saanin dan kawan-kawan sungguh menginspirasi ya, Kawan Puan? Apakah mungkin Kawan Puan ada yang ingin menjadi Polwan?
Baca Juga: Hari Polwan, Ini Cara Menjadi Polisi Wanita dan Biaya yang Dibutuhkan
(*)