Parapuan.co - Kasus suami membunuh istri di Cikarang sedang banyak diperbincangkan masyarakat.
Pasalnya dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang viral tersebut, disebut bahwa KDRT dari suami sudah sering dilakukan.
Bahkan, dikatakan pula kalau pihak istri pernah melaporkan sang suami ke polisi.
Terlepas dari kasus suami bunuh istri di Cikarang, KDRT sering kali menimbulkan dilema bagi pihak istri.
Sebagian istri akan bingung memutuskan untuk bertahan atau berpisah dari pasangan.
Bila kamu mengalami KDRT dan sedang merasakan dilema, apa sebaiknya yang mesti kamu putuskan?
Sebelum memutuskannya, sebaiknya ketahui dulu pertimbangan untuk bertahan atau berpisah dari pasangan yang melakukan KDRT dalam pernikahan seperti merangkum The Mend Project!
Bertahan dalam Pernikahan yang Penuh Kekerasan
1. Harapan Pasangan akan Berubah
Baca Juga: Pasangan Mulai Berubah dan Mudah Marah? Coba Lakukan Hal Ini
Sebagian perempuan mungkin memilih untuk bertahan dalam pernikahan dengan harapan bahwa pasangan akan berubah.
Mereka mungkin merasa bahwa pasangan adalah orang yang dicintai, dan ingin memberi kesempatan untuk memperbaiki sikap.
2. Ketergantungan Ekonomi
Ketergantungan ekonomi sering kali menjadi faktor yang memengaruhi keputusan perempuan untuk tetap dalam pernikahan yang toxic.
Mereka mungkin tidak memiliki sumber daya finansial atau pekerjaan yang memadai untuk mencukupi kebutuhan pribadi dan anak-anak.
3. Stigma Sosial
Tak sedikit perempuan yang mungkin merasa malu atau takut akan stigma sosial yang dihadapi jika memilih untuk berpisah dari pasangan.
Masyarakat kadang-kadang memberikan tekanan kepada perempuan untuk tetap bersama suami, terlepas dari keadaan yang mereka alami.
Bila ingin memilih untuk bertahan, coba tanyakan sejumlah hal berikut pada diri sendiri:
- Untuk siapa aku bertahan?
- Adakah yang bisa kulakukan agar bertahan menjadi pilihan terbaik yang perlu kuambil?
- Jika aku bertahan, apakah aku punya bukti bahwa keadaan akan membaik? Bagaimana kalau tidak?
- Apakah ada cara untuk mendapatkan bantuan untuk pasanganku?
- Bisakah aku dilindungi dalam hubungan yang penuh kekerasan ini?
- Anak-anak yang tinggal di rumah yang penuh dengan KDRT akan mengalami trauma, bisakah ini jadi alasanku untuk bertahan?
- Apakah ada layanan hukum yang bisa membantuku?
- Jika ada alasan keuangan yang memaksa untuk tetap tinggal, bisakah aku mendapatkan pekerjaan?
- Apakah aku punya sosok yang bisa dihubungi jika aku berubah pikiran?
Baca Juga: Ini 5 Alasan Mengapa Seseorang Bertahan dalam Hubungan Toksik
Berpisah untuk Hidup yang Lebih Aman
1. Keselamatan Pribadi
Perempuan bisa memilih pergi atau berpisah dari pasangan yang melakukan kekerasan demi keselamatan hidupnya.
Berpisah mungkin adalah pilihan terbaik untuk melindungi diri sendiri dan anak-anak.
2. Dukungan Psikologis
Berpisah bisa memberikan kesempatan bagi perempuan untuk mendapatkan dukungan psikologis dan konseling yang mereka butuhkan untuk pulih.
3. Hak-Hak Hukum
Di Indonesia, perempuan yang mengalami KDRT akan mendapat perlindungan dan bantuan hukum atas dasar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Bila memutuskan untuk berpisah, kamu dan pasangan bisa menjadikan hal-hal berikut untuk mencapai kesepakatan:
- Membangun dan menetapkan batasan.
- Membentengi diri dari kekerasan emosional dan/atau fisik.
- Menganggap serius apa pun yang akan dibahas oleh pasangan.
- Mendapatkan waktu dan ruang untuk pemulihan emosional dan fisik untuk belajar berpikir tanpa tekanan, mendapatkan perspektif baru, dan memulihkan kesadaran diri.
Baca Juga: Diduga Jadi Pemicu KDRT Venna Melinda, Ini Frekuensi Hubungan Suami Istri yang Sehat
Memilih Bertahan atau Berpisah
Terlepas dari pertimbangan di atas, keputusan untuk bertahan atau berpisah dalam hubungan pernikahan bisa jadi pilihan yang sulit.
Tidak ada satu jawaban yang tepat untuk semua situasi, karena setiap perempuan memiliki situasi berbeda.
Yang penting adalah perempuan mendapatkan dukungan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat.
Pasalnya keputusan itu nantinya akan berdampak bagi diri sendiri dan anak-anak.
Masyarakat, keluarga, dan teman-teman terdekat memiliki peran yang sangat penting dalam membantu perempuan yang menghadapi KDRT.
Mereka perlu memberikan dukungan emosional, membantu dalam mengakses sumber daya, dan mendukung keputusan yang diambil.
Demikian tadi dilema tentang memutuskan bertahan atau berpisah dari pernikahan yang toxic.
Mudah-mudahan informasi di atas membantumu untuk mempertimbangkan, sekaligus membantu bila ada perempuan yang mengalaminya.
Baca Juga: Seperti Inara Rusli, Ini 4 Alasan Perempuan Berubah Usai Pisah dari Pasangan
(*)