Parapuan.co - Kawan Puan, sebagian dari kamu mungkin sudah mendengar kasus perundungan siswa SMP yang sedang viral di media sosial.
Kasus tersebut menyeruak setelah beredar video siswa SMP di Cilacap, Jawa Tengah, menganiaya temannya.
Mengutip Kompas.com, perundungan dipicu oleh korban yang bergabung dengan geng lain.
Terlepas apa pun pemicunya, perundungan adalah hal yang berdampak buruk tidak hanya pada korban, tapi juga pelaku itu sendiri.
Baik itu perundungan secara fisik, verbal, sosial, maupun siber yang dilakukan melalui unggahan di media sosial.
Hal tersebut terungkap dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Yayasan Psikologi Unggulan Indonesia (YPUI) pada September 2022 lalu.
Dalam sesi webinar yang dihadiri oleh PARAPUAN itu, psikolog Dra. Diennaryati Tjokrosuprihatono, M.Psi. memaparkan, rumah adalah tempat penting di mana orang tua bisa mencegah perundungan.
Dengan kata lain, pola pengasuhan orang tua di rumah bisa mencegah agar anak tidak menjadi perundung.
Dra. Diennaryati Tjokrosuprihatono juga mengatakan bahwa penyebab anak menjadi perundung ialah karena kurang mempunyai perilaku prososial.
Baca Juga: Ramai Kasus Perundungan, 3 Perilaku Orang Tua Ini Bisa Bikin Anak Jadi Pelaku Bully
Penyebab Anak Jadi Perundung dan Cara Mencegahnya
Perilaku proporsial ialah kurangnya kemampuan anak untuk memberikan manfaat dan membuat nyaman orang sekitarnya.
Sikap atau perilaku tersebut bisa jadi merupakan hasil pembelajaran yang selama ini diperoleh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Jadi, tanggung jawab mendidik anak untuk tidak menjadi perundung bukan hanya pada orang tua atau keluarga saja, tapi juga sekolah dan masyarakat.
Tanggung jawab orang tua yang paling utama ialah terhadap pembentukan sikap, kebiasaan, dan karakter anak, yang sangat tergantung dari pola asuh.
Dalam hal ini, Diennaryati mengemukakan bahwa ada delapan hal penting yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik anak.
Diennaryati menyebutnya sebagai strategi 8K, yang mencakup kasih sayang, keteladanan, komunikasi dua arah, kenyamanan, kebersamaan, kesempatan, keunikan anak, dan keadilan.
Artinya, anak perlu mendapatkan kasih sayang yang cukup, orang tua memberikan keteladanan yang baik, juga ada komunikasi dua arah antara anak dan orang tua.
Anak juga mesti merasa nyaman, mendapat pendampingan, kesempatan mengeksplorasi diri, diakui keunikannya, dan diperlakukan secara adil, dalam arti tidak dibanding-bandingkan dengan anak lain.
Baca Juga: Ciri Fisik dan Mental saat Anak Jadi Korban Perundungan di Sekolah
Dengan menerapkan pengasuhan 8K di atas, maka dapat dihasilkan anak dengan wellbeing yang baik.
Selain dari orang tua, peran sekolah juga penting untuk mencegah anak menjadi perundung.
Yaitu dengan penegakan disiplin dan pembiasaan perilaku yang baik secara konsisten.
Sedangkan dari segi kontribusi masyarakat, publik hendaknya tidak mempertontonkan sesuatu yang mengandung kekerasan.
Misalnya melihat penggunaan media sosial yang masif, hendaknya media juga tidak memberitakan secara berulang perilaku agresif, prank, dan perundungan.
Lebih lanjut, Diennaryati menyebut bahwa anak harus merasa bahagia supaya tidak terlibat dalam perundungan, baik dirundung maupun merundung.
Anak yang bahagia mempunyai tingkat stres rendah, sehat secara fisik dan mental, serta mempunyai kualitas hidup yang baik.
Itulah tadi cara mencegah agar anak tidak menjadi perundung seperti diungkap psikolog dari YPUI.
Mudah-mudahan Kawan Puan dapat menerapkan strategi pengasuhan 8K di atas, ya.
Baca Juga: 4 Hal Penting yang Akan Hasilkan Pola Asuh CINTA untuk Jaga Anak Aman di Dunia Digital
(*)