Jelang Pemilu 2024, Ini Tips Memilih Pemimpin yang Ramah Perempuan

Rizka Rachmania - Senin, 2 Oktober 2023
Tips untuk perempuan memilih calon pemimpin ramah perempuan jelang Pemilu 2024.
Tips untuk perempuan memilih calon pemimpin ramah perempuan jelang Pemilu 2024. Alfonso Sangiao

Parapuan.co - Sudah siapkah Kawan Puan sebagai perempuan memilih mencari sosok pemimpin ramah perempuan di Pemilu 2024?

Pemilu (pemilihan umum) 2024 akan diselenggarakan pada tanggal 14 Februari, bertepatan dengan Hari Valentine.

Pada hari Pemilu 2024, Kawan Puan sebagai perempuan memilih bisa bebas menentukan pilihan siapa sosok pemimpin Indonesia untuk lima tahun ke depan.

Pemilu 2024 jadi momentum tepat bagi Kawan Puan untuk mencari sosok pemimpin yang akan mewujudkan kepentingan perempuan dan pastinya ramah perempuan dalam hal kebijakannya.

Bicara soal Pemilu 2024, Kawan Puan tidak hanya akan memilih presiden dan calon presiden tapi juga anggota legilastif.

Oleh karena itu, penting bagi Kawan Puan memilih sosok yang tepat agar kepentingan perempuan yang selama ini belum tercapai bisa terwujud.

Kawan Puan perlu memilih sosok yang pro perempuan dan bisa menyuarakan kepentingan-kepentingan perempuan.

Irine Yusiana Roba Putri, salah seorang anggota DPR RI dalam acara IdeaFest 2023 di JCC Senayan, Jakarta, Jumat, (29/9/2023) memberikan tips bagi Kawan Puan yang akan memilih.

Irine memberikan tips untuk perempuan memilih dalam hal menentukan calon pemimpin yang ramah gender, utamanya pro perempuan.

Baca Juga: 5 Pesan Penting Menjelang Pemilu 2024 untuk Perempuan Memilih dalam Film Kejarlah Janji

"Siapapun yang kita pilih yang penting adalah dia peduli terhadap isu gender bagaimana dia mengerti, memahami, permasalahan perempuan," ucapnya pada PARAPUAN.

Irine tak menampik bahwa perempuan dan laki-laki punya kebutuhan yang berbeda, oleh karena itu keputusan untuk memilih calon pemimpin pun sudah pasti berbeda.

Namun Irine menegaskan bahwa memilih calon pemimpin yang bisa pro perempuan ini tidak harus selalu sosoknya adalah perempuan.

Tidak menutup kemungkinan calon pemimpin laki-laki bisa punya kebijakan dan program yang ramah perempuan.

"Itulah yang harus kita kritisi, bagaimana kebijakan itu ramah gender, dan itu tidak hanya bisa dilakukan oleh perempuan tapi juga laki-laki harus peran serta dalam keputusan ramah gender itu," katanya.

Contohnya adalah Irine yang ada di Komisi V DPR, berfokus pada PUPR, ketika menciptakan kebijakan publik yang pro gender.

Dalam hal ini tidak selalu memandang apakah yang mengambil kebijakan itu perempuan atau laki-laki karena keduanya sama-sama bisa.

Irine mencontohkan misalnya kebijakan publik jembatan penyeberangan yang ramah gender itu bisa diwujudkan oleh baik perempuan maupun laki-laki.

"Bagaimana penganggaran untuk membuat jembatan penyeberangan yang ramah gender. Kalau mau hemat, jarak antara anak tangga yang satu ke anak tangga yang lain itu jaraknya mungkin 30 cm," ucapnya.

Baca Juga: Pemilu 2024 dan Penurunan Partisipasi Perempuan dalam Politik

"Tapi kalau kita membuat kebijakan itu hasil dari program pemerintah harus ramah gender mungkin biayanya akan lebih besar karena anak tangga yang dibikin lebih banyak," tambahnya.

Irine menegaskan bahwa saat mencari sosok pemimpin, hal yang harus Kawan Puan perhatikan adalah program-program maupun kebijakan yang akan ia usung.

Perempuan memilih perlu fokus pada kebijakan para calon pemimpin, apakah kiranya akan pro perempuan, mewujudkan kepentingan perempuan, dan ramah perempuan.

"Prinsipnya adalah kita cari pemimpin atau kita cari orang yang mewakili kita, yang memahami betul permasalahan yang kita hadapi," tambahnya.

August Mellaz, Ketua Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat (Sosdiklih Parmas) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia (RI) pun mengatakan pentingnya perempuan memilih dalam pemilu 2024.

August Mellaz mengatakan bahwa perempuan adalah sosok yang punya kepentingan untuk bisa menentukan kesejahteraan perempuan di masa depan, misalnya dalam hal upah.

Perempuan bisa mewujudkan perubahan dalam hal kesejahteraan upah pekerja perempuan di masa depan melalui pemilu 2024.

"Perempuan ini sebagai satu entitas dia punya kepentingan yang sangat manifest, yang misalnya kecenderungannya akan lebih terdampak terhadap kebijakan-kebijakan yang biasanya berdampak terhadap kesejahteraan," ucap August Mellaz dalam Podcast Cerita Parapuan Episode 39.

August mengatakan bahwa perempuan bisa menentukan siapa yang akan jadi pemimpin di Indonesia, yang mana ia bisa memberikan kesejahteraan yang lebih baik untuk perempuan.

Baca Juga: Pentingnya Perempuan Memilih di Pemilu 2024, Bisa Menentukan Kesejahteraan Upah

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja