Parapuan.co – “Aku membeli skincare ini karena produknya viral di media sosial. Produknya juga dibahas oleh banyak influencer. Teman-temanku pun banyak yang pakai,” kata seorang mahasiswi bernama Almira (21) saat ditanya alasan membeli sebuah produk skincare.
“Kebetulan lagi ada promo flash sale untuk produk ini. Jadi, langsung aku check-out aja. Kapan lagi harganya jadi semurah ini,” aku Zahra (26) ketika ditanya hal yang sama.
Saat ini, membeli produk skincare karena tidak ingin “ketinggalan” tren atau suatu momen memang bukan hal yang aneh lagi. Fenomena tidak mau ketinggalan tren biasa disebut dengan fear of missing out (FOMO).
Apalagi, industri kecantikan terus berkembang dari tahun ke tahun, sehingga banyak produk baru terus bermunculan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah industri kecantikan meningkat hingga 20,6 persen pada 2022.
Budaya FOMO akhirnya mendorong para perempuan untuk menjajal produk kecantikan keluaran terbaru. Bahkan, banyak perempuan yang asal membeli skincare viral secara online tanpa pertimbangan panjang, seperti kandungan dan manfaat produk, kecocokan dengan kondisi kulit, atau bahkan keaslian produk.
Baca Juga: 3 Tanda Kosmetik Mengandung Merkuri, Pastikan Cek Warna dan Aromanya
Apakah Kawan Puan salah satunya? Jika ya, maka sebaiknya Kawan Puan mulai mengubah perilaku belanja tersebut. Pasalnya, dampak buruk bisa terjadi pada kulit apabila kandungan skincare tidak cocok.
Kebutuhan dan permasalahan kulit yang dihadapi setiap orang berbeda-beda. Apalagi, jika produk yang dibeli ternyata palsu. Bisa jadi, Kawan Puan sudah membayar sejumlah uang tetapi mendapat kekecewaan belaka.
Pentingnya waspada terhadap skincare palsu
Untuk diketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan lebih dari satu juta produk kecantikan palsu dan ilegal yang beredar di pasaran sepanjang 2021-2022.
Beberapa di antaranya ditemukan mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kulit, termasuk merkuri. Merkuri merupakan bahan kimia yang biasanya terkandung pada produk pemutih kulit atau alat kosmetik.
Saat terpapar kulit, merkuri dapat melepaskan asam klorida yang dapat merusak lapisan terluar kulit. Akibatnya, kulit bisa mengalami iritasi, luka, dan yang paling parah bisa memicu kanker kulit.
Baca Juga: Awas Skincare Palsu Viral di TikTok, Dokter Bagikan Tips Mengenali yang Asli
Oleh karena itu, Kawan Puan perlu berhati-hati saat membeli produk skincare secara online. Jangan sampai karena ingin memenuhi hasrat FOMO serta tergiur dengan popularitas dan harga produk yang murah, kesehatan kulit Kawan Puan menjadi taruhannya.
Tak hanya itu, kredibilitas toko tempat membeli skincare juga kerap kurang menjadi perhatian. Alhasil, Kawan Puan mengalami kendala dalam pengiriman, barang yang tidak sesuai pesanan, atau memperoleh produk tiruan.
Merebaknya virus VOMO untuk cegah FOMO
Menariknya, kini muncul virus baru dalam berbelanja online, yaitu VOMO. Virus yang mulai merebak di kalangan masyarakat Indonesia ini merupakan kebalikan dari FOMO.
VOMO dipercaya dapat membantu konsumen agar tidak mudah tergiur dengan penawaran produk skincare yang dijual secara online, serta mencegah konsumen agar tidak tertipu dengan produk skincare palsu yang dijual di berbagai platform digital.
Baca Juga: 6 Tips Memilih Kosmetik yang Aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Jika melihat data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada 2022, jumlah korban penipuan online mencapai 130.000 pengguna sepanjang 2022. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya.
Banyak ahli yang meyakini bahwa budaya FOMO dalam berbelanja online menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus penipuan online. Banyak konsumen yang kurang berhati-hati dan terlalu tergesa-gesa saat membeli suatu barang secara online. Akibatnya, mereka rentan menjadi korban penipuan online.
Oleh sebab itu, merebaknya virus VOMO juga dinilai menarik karena dapat menekan jumlah korban penipuan online di berbagai platform digital, termasuk e-commerce.
Sayangnya, sampai saat ini, masih belum diketahui asal-usul dan penjelasan lebih lengkap terkait virus VOMO. Namun yang pasti, konsumen yang #ingatVOMO dipercaya dapat tercegah dari keinginan melakukan impulsive buying akibat FOMO.