Parapuan.co - Batik kini ada berbagai jenis, salah satunya adalah batik ecoprint.
Tjahjono Pamudji selaku ecoprint art designer dan pemilik batik ecoprint Laudato Si pun menjelaskan mengenai ecoprint.
"Ecoprint adalah teknik pengolahan kain serat alami menggunakan bagian dari tumbuhan dan tanaman sebagai motif dan pewarnaan," kata Tjahjono Pamudji kepada PARAPUAN.
Bagian tumbuhan yang digunakan mulai dari daun, bunga, batang, buah, akar, hingga kulit kayu.
Di sisi lain, media yang digunakan bisa dari kain, kulit, keramik, dan bambu.
"Sebagai informasi, ecoprint bukan teknik asli dari Indonesia tetapi dari Australia, tetapi kekayaan alam tropis yang sangat beragam dan potensi budaya dan kesenian penduduk Indonesia juga memiliki komunitas ecoprint terbanyak sehingga menjadikan ecoprint dari Indonesia terdepan di dunia," terang Tjahjono Pamudji.
Proses Pembuatan Ecoprint
Tjahjono Pamudji pun menjelaskan mengenai proses pembuatan kain ecoprint yakni:
1. Kain dipotong sesuai kebutuhan.
Baca Juga: 5 Tips Merawat Batik Ecoprint, Jangan Menggunakan Mesin Cuci
2. Kain di-scouring (cuci) menggunakan bahan tertentu.
3. Setelah dijemur, tahap berikutnya dilakukan proses mordant.
Bahan yang digunakan pada tahap ini antara lain air, tawas, soda kue, cuka, kapur, dan tunjung.
4. Setelah mordanting, proses ecoprint pun bisa dimulai, caranya dengan teknik pounding (dipukul) atau steem dikukus atau direbus.
5. Proses berikutnya yakni dengan fiksasi.
6. Kain diangin-anginkan dan hindari sinar matahari, tunggu beberapa hari.
Selanjutnya kain dibilas atau dicuci menggunakan lerak untuk membersihkan sisa-sisa daun yang menempel dan zat warna yang tidak masuk dalam serat kain.
Setelah keenam proses di atas, Tjahjono Pamudji menyatakan kain ecoprint siap diolah menjadi berbagai produk, mulai dari baju, tas, topi, sepatu, hingga home decor.
Baca Juga: Baju Ecoprint Lagi Viral di TikTok, Begini Cara Merawatnya Supaya Awet
(*)