Kain tenun ikat menggunakan pewarna alam dari berbagai tumbuhan hutan mulai dari akar-akaran, semak, pohon, dedaunan, buah, umbi maupun batang pohon.
Adapun beberapa tanaman yang digunakan mulai dari daun dan batang semak Intenet (Glochidion littorale), jengkol, daun dan buah kemunting, akar mengkudu, kunyit, hingga manggis.
Demi meningkatkan penetrasi produk lokal dan mendukung ekonomi lestari, selain mengenalkan prosesnya dari hulu ke hilir juga mengajak masyarakat untuk memakai produk lokal.
LTKL juga mendorong semakin meluasnya tren memakai kain nusantara untuk penggunaan sehari-hari.
Kegiatan berkain ini juga untuk menghubungkan kembali identitas Indonesia sebagai negeri yang memiliki berbagai jenis kain tradisional dengan berbagai motif, makna dan teknik pembuatannya yang unik dan istimewa.
Oleh sebab itu, berkain merupakan salah satu cara yang bisa memperkenalkan eco-fashion.
Seperti disampaikan oleh Ristika Putri Istanti, Kepala Sekretariat Interim Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), bahwa parade ini adalah sebuah inisiatif orang muda untuk menggaungkan semangat dukungan terhadap produk lokal dan eco-fashion.
"Parade ini bertujuan mengkampanyekan wastra nusantara dan produk lokal lestari. Produk lokal seperti Gambo Muba tidak hanya jadi salah satu eco-fashion terbaik asli Indonesia, tapi juga sekaligus menjadi jawaban atas masalah limbah dari pewarna kimia di industri tekstil," ujar Ristika Putri Istanti.
"Selain itu sentuhan dari orang muda pada produk unggulan kabupaten ini membuat bisnis ekonomi lestari ini bisa dengan mudah berkolaborasi dengan multipihak, baik dengan teknologi terbaru maupun inovasi lainnya," tutupnya.
Baca Juga: Mengenal Ethical Fashion Sebagai Kritikan Terhadap Fast Fashion
(*)