Parapuan.co - Tasia Eda Lestasi atau yang akrab dikenal sebagai Tazy di dunia game esports adalah sosok Srikandi untuk Negeri yang menginspirasi.
Tasia Eda sang Srikandi untuk Negeri adalah pelatih perempuan pertama timnas MLBB Women SEA Games 2023 di Kamboja yang digelar pada Mei lalu.
Tak hanya sebagai pelatih perempuan pertama timnas MLBB Women SEA Games 2023, Tasia Eda juga berhasil memberikan gelar juara untuk Indonesia.
Pada pertandingan final Mobile Legends (MLBB) Women SEA Games 2023, timnas Indonesia berhasil mengalahkan Filipina dan membawa pulang medali emas.
Namun kemenangan yang berhasil diraih oleh Tazy bersama dengan timnas perempuan esports Indonesia bukan tanpa usaha dan rintangan.
Esports (electronic sports atau olahraga elektronik) di Indonesia tak dapat dimungkiri sangat didominasi oleh laki-laki. Bahkan di luar negeri pun, esports dianggap sebagai dunianya laki-laki, di mana perempuan hanya sebagai aksesori atau penghibur.
Pertandingan esports untuk tim laki-laki selalu dipandang sebagai adu jago, adu skill, adu gengsi, namun ketika ada pertandingan untuk tim perempuan, hanya sekadar jadi hiburan.
Tazy yang jadi head coach pelatih utama timnas perempuan Indonesia di bidang esports kerap dipandang sebelah mata hanya karena dirinya perempuan.
"Pelatih esports perempuan di Indonesia itu masih dianggap kurang kompeten karena balik lagi ke stereotipe bahwa perempuan itu tidak bisa memimpin," ucap Tazy saat ditemui PARAPUAN di kantor PBESI Jakarta, Sabtu, (7/10/2023).
Baca Juga: Industri Esports Masih Didominasi Laki-Laki, Pro Player Perempuan Kerap Alami Kekerasan
Dirinya sudah sering mendapat komentar-komentar negatif yang menyangsikan kemampuannya untuk menjadi pelatih timnas perempuan esports Indonesia.
Fakta bahwa Tasia Eda merupakan pelatih perempuan pertama di Indonesia pun ternyata membawa tantangan bagi dirinya untuk bisa membuktikan kemampuannya.
"Apalagi saya pertama kali merasakan jadi head coach dan di Indonesia juga belum pernah ada head coach perempuan sebelumnya," ujar Tasia Eda.
"Jadi memang menjadi yang pertama kali itu pasti diskriminasi prasangka dan bias itu banyak banget," lanjutnya.
Namun, Tasia Eda bukanlah pemain esports kemarin sore yang tiba-tiba langsung jadi head coach timnas MLBB perempuan Indonesia.
Ia sebelumnya pernah jadi pro player kompetisi esports khususnya Arena of Valor (AOV), bahkan memenangkan beberapa pertandingan dan menjadikan timnya sebagai yang terkuat.
Setelah beberapa saat jadi pro player, Tasia Eda mengakhiri karier sebagai pemain dan mulai jadi manajer tim yakni untuk Bigetron Era.
Saat jadi manajer itulah dirinya mencoba untuk mendaftarkan diri sebagai head coach timnas Indonesia untuk MLBB Women SEA Games 2023.
Perempuan yang pernah meraih gelar 1st AOV Princess Cup 2018 bersama dengan Belletron itu mengungkapkan alasannya tertarik mendaftarkan diri sebagai head coach.
Baca Juga: Hobi Main Gim dan Pengin Jadi Pro Player? Yuk Simak Tips dari Cinny BTR
Tasia Eda mengatakan bahwa dia punya rasa ingin tahu yang tinggi untuk menjadi head coach perempuan pertama di Indonesia yang selama ini memang selalu pelatih epsorts adalah laki-laki.
Berbekal rasa ingin tahu dan kepo yang tinggi, dia mencoba mendaftar seleksi pelatih timnas esports Indonesia.
"Karena ingin saja, kepoan aja sih orangnya, dia bisa kenapa aku enggak, kan belum ada nih yang jadi pelatih perempuan, coba aja kali, ya," ungkapnya.
Tazy pun mengungkapkan bahwa untuk mencoba dan menjadi yang pertama, tipsnya adalah tebal muka dan coba saja dulu.
"Karena untuk memulai sesuatu hal yang belum ada itu butuh tebel muka," paparnya.
Tazy mengaku beruntung dan sangat bersyukur terlahir di keluarga yang sangat mendukung kecintaannya pada dunia game dan esports.
Orang tuanya sangat mendukung Tazy untuk berkarier di dunia esports yang selama ini dianggap sebagai dunianya laki-laki. Hal itu tak lepas dari fakta bahwa dua orang saudaranya adalah laki-laki.
"Kenapa aku bisa main game adalah karena keluarga aku banyakan laki-laki, kebetulan kakak aku dua-duanya laki-laki," ujarnya.
Terakhir, Tasia Eda Lestari alias Tazy mengatakan bagaimana dirinya bisa bertahan di dunia esports sampai dengan sekarang, bahkan jadi pelatih perempuan pertama Indonesia.
"Sebagai pelatih perempuan harus punya standar yang tinggi daripada laki-laki karena untuk bekerja di bidang yang didominasi laki laki, perempuan butuh untuk membuktikan," ucapnya.
"Laki-laki dilihat berdasar potensi dia, tapi kalau perempuan nggak dilihat dari potensi. Jadi memang butuh kerja dua kali lebih ekstra untuk membuktikan kalau kita layak di posisi itu," pungkasnya.
Baca Juga: Sosok Cindy Laurent Siswanto, Pro Players Perempuan yang Aktif di Berbagai Kejuaraan
(*)