Parapuan.co - Sinopsis film Orphan: First Kill sempat mencuri perhatian pada penayangannya tahun 2022 lalu.
Sinopsis film Orphan: First Kill ini merupakan lanjutan dari film Orphan (2009).
Dalam sinopsis film, diceritakan sosok Leena Klammer atau yang dikenal dengan nama Esther ini adalah perempuan yang mengidap hipopituitarisme yang menyerupai seorang anak kecil.
Lalu apa itu sebenarnya penyakit hipopituitarisme?
Mengutip dari Cleveland Clinic, hipopituitarisme adalah suatu kondisi langka di mana terdapat kekurangan satu, beberapa, atau seluruh hormon yang dibuat oleh kelenjar pituitari.
Hormon hipofisis bertanggung jawab atas fungsi penting dalam tubuh, seperti metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksi.
Kelenjar pituitari adalah kelenjar seukuran kacang polong yang terletak di dasar otak di bawah hipotalamus (bagian otak yang mengontrol sistem saraf otonom). Itu adalah bagian dari sistem endokrin.
Gejala, diagnosis, dan pengobatan hipopituitarisme bergantung pada hormon mana yang kurang.
Hipopituitarisme terjadi ketika ada kelainan atau kerusakan pada kelenjar pituitari atau hipotalamus.
Baca Juga: Review Film Orphan: First Kill, Ada Plot Twist yang Bikin Penonton Heran
Jenis-Jenis Hipopituitarisme
Ada tiga macam hipopituitarisme berdasarkan jumlah hormon yang kurang (defisiensi):
- Defisiensi hipofisis terisolasi: Satu hormon hipofisis terpengaruh dan kurang.
- Defisiensi hormon hipofisis multipel: Dua atau lebih hormon hipofisis terpengaruh dan berkurang.
- Panhipopituitarisme: Semua hormon hipofisis terpengaruh dan berkurang.
Ada tiga jenis hipopituitarisme berdasarkan penyebabnya dan bagaimana kelenjar pituitari serta hormon-hormonnya terpengaruh:
- Hipopituitarisme primer: Disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada kelenjar hipofisis.
- Hipopituitarisme sekunder: Disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada hipotalamus. Kelenjar pituitari terhubung ke hipotalamus melalui tangkai hipofisis.
Karena hipotalamus memberi sinyal pada kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon tertentu, masalah pada hipotalamus dapat menyebabkan hipopituitarisme.
Baca Juga: Apa Itu Prosopagnosia? Penyakit Langka Buta Wajah yang Muncul di Sinopsis Drakor The Beauty Inside
Siapa yang Bisa Terkena Hipopituitarisme?
Hipopituitarisme dapat menyerang siapa saja pada usia berapa pun, meski merupakan kondisi yang jarang terjadi.
Seberapa umumkah hipopituitarisme?
Hipopituitarisme adalah suatu kondisi yang jarang terjadi. Ada sekitar 10 hingga 40 kasus baru per satu juta orang per tahun.
Gejala dan Penyebab Hipopituitarisme
Apa saja gejala hipopituitarisme?
Gejala hipopituitarisme bergantung pada hormon hipofisis mana yang terpengaruh dan kekurangannya (kurang). Faktor-faktor berikut juga memengaruhi gejala yang akan dialami:
- Jenis kelamin.
- Usia saat hipopituitarisme dimulai (permulaan hipopituitarisme).
- Penyebab hipopituitarisme.
- Seberapa cepat hormon yang terpengaruh menurun.
Mengutip dari Kompas.com, gejala hipopituitarisme umumnya merupakan salah satu dari berikut ini:
- Sakit perut
- Nafsu makan berkurang
- Kurangnya dorongan seksual (pada laki-laki atau perempuan)
- Pusing atau pingsan
- Buang air kecil dan haus berlebihan
- Gagal mengeluarkan ASI (pada perempuan)
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Infertilitas (pada perempuan) atau penghentian periode menstruasi Hilangnya bulu ketiak atau kemaluan Hilangnya rambut tubuh atau wajah (pada laki-laki)
- Tekanan darah rendah
- Gula darah rendah Sensitivitas terhadap dingin
- Tinggi badan pendek (kurang dari 5 kaki atau 1,5 meter) jika onsetnya selama masa pertumbuhan
- Pertumbuhan dan perkembangan seksual yang melambat (pada anak-anak)
- Masalah penglihatan Penurunan berat badan.
Gejala lain yang mungkin terjadi akibat hipopituarisme adalah:
- Wajah bengkak
- Rambut rontok
- Suara serak atau berubah suara
- Kekakuan sendi
- Penambahan berat badan.
Baca Juga: Berkaca dari Film Orphan, Perhatikan Ini sebelum Mengadopsi Anak
(*)