Prioritas ini dibuat sebagai bentuk aksi global untuk menciptakan ruang cyber yang lebih aman untuk semua, salah satunya untuk anak-anak.
Pasalnya, dari data yang dirilis WeProtect Global Alliance melalui Global Threat Assessment Report sejak tahun 2019 hingga saat ini, terjadi peningkatan kasus pelecehan seksual pada anak sebesar 87 persen.
Di mana kebanyakan kasus tersebut terjadi secara online seperti lewat platform game online.
Banyak anak mengalami child grooming saat melakukan interaksi dengan orang dewasa di dunia maya di mana anak-anak dimanipulasi untuk membagikan foto atau video seksualnya.
Kemudian, mereka akan mengalami yang namanya pemerasan finansial dengan ancaman video atau fotonya akan disebar.
Selain fakta-fakta di atas, peluncuran Indeks Keamanan Online Anak oleh DQ Institute juga menemukan fakta lainnya.
Di mana hampir 70% anak-anak dan remaja berusia 8-18 di seluruh dunia telah mengalami setidaknya satu risiko cyber dalam satu tahun terakhir.
Statistik yang mengkhawatirkan ini hampir tidak berubah sejak Indeks dimulai pada tahun 2018.
Lewat acara ini, Global Cybersecurity Forum (GCF) berupaya untuk terus memperjuangkan kemajuan dunia cyber yang lebih inklusif dan aman, sehingga kasus pelecehan seksual pada anak secara online bisa ditanggulangi.
Baca Juga: Darurat Pelecehan Online pada Anak, Ini yang Harus Dilakukan
Hal serupa juga diungkap Cyberpsychologist terkenal Dr. Mary Aiken, "Ini adalah salah satu dari sedikit konferensi yang menempatkan fokus eksplisit pada Cyberspace."
José Manuel Barroso, Mantan Presiden Komisi Eropa dan Mantan Perdana Menteri Portugal juga mengungkapkan pentingnya forum ini.
"Saya percaya kita membutuhkan tempat-tempat yang dapat menawarkan platform untuk kerja sama. Itu dapat dikembangkan sehingga percakapan dan tindakan global dapat terjadi," ungkap José Manuel Barroso.
(*)