Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Parapuan.co - Menjalani peran sebagai Ibu tidak mudah. Terlebih jika harus memikul tanggung jawab lain seperti bekerja atau menempuh pendidikan lanjutan.
Rasanya Kawan Puan yang sudah menjadi ibu, atau melihat sosok ibu di sekitar, pasti paham.
Masyarakat kerap memandang tugas perempuan yang banyak sebagai kelaziman, bahkan kodrati.
Seolah-olah sudah wajar perempuan harus mengurus anak dan keluarga, mencari nafkah, sambil tetap menjadi istri yang selalu siap bagi suaminya.
Namun pernahkah dipikirkan bagaimana kesehatan mental seorang ibu dalam menjalani itu semua?
Kondisi kesehatan mental pada ibu disebut juga sebagai maternal mental health (MMH).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan MMH sebagai kondisi ideal seorang ibu ketika dia bisa:
1. Menyadari kemampuannya dalam mengatasi stres di kehidupannya,
2. Dapat bekerja dengan produktif,
3. Mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat.
Baca Juga: Pinjaman Online Pengaruhi Kesehatan Mental Ibu? Ini Penjelasannya
MMH ini mengacu pada kesejahteraan emosional dan psikologis ibu selama periode kehamilan, pasca melahirkan, dan tahap-tahap berikutnya dalam menjalankan peran sebagai seorang ibu.
Problem terhadap MMH meliputi depresi, kecemasan, gangguan bipolar, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), gangguan obsesif - kompulsif, dan masalah-masalah lainnya.
Menjaga MMH tidak hanya penting bagi ibu itu sendiri, melainkan juga kebaikan anak-anak dan seluruh keluarga.
Masalah pada MMH selama kehamilan dan setelah melahirkan dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan, perilaku, dan kesehatan jangka panjang pada anak.
Apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang ibu dalam menjaga kesehatan mentalnya?
Pertama adalah self-love atau mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri tidak sama dengan bersikap narsistik, egois, tak peduli pada pihak lain.
Mencintai diri sendiri artinya menyadari, seorang ibu layak untuk memperoleh kebahagiaan dan dihargai oleh siapapun.
Setiap Ibu memiliki hak untuk bersenang-senang, mengejar cita-cita, menerima pujian, dan menikmati waktu berkualitas. Hal ini sama sekali tidak identik dengan sikap egois.
Seluruhnya ini justru menjalankan prinsip: hanya dengan kondisi diri yang sehat secara fisik dan mental lah maka seorang ibu bisa berkontribusi baik terhadap keluarga dan masyarakat.
Baca Juga: Penting! Begini Caranya Menjaga Kesehatan Mental Ibu Selama Masa Kehamilan
Kedua, ibu perlu bersosialisasi, dan tidak harus dengan tetangga-tetangga di kompleks atau rekan kerja, ya.
Hal yang seringkali memberikan kebahagiaan justru adalah dengan berkumpul dengan teman-teman lama. Bisa bercanda tawa, bercengkrama sambil bernostalgia atau membicarakan hal-hal ringan lainnya.
Untuk kumpul bersama teman-teman ini, seorang ibu bisa berbagi tugas dengan pasangan untuk mengambil alih pengurusan anak-anak mereka.
Dengan begitu, seorang ibu bisa menghabiskan waktu berkualitas bersama para sahabat. Hal ini sangat penting dalam merawat MMH.
Ketiga, yang penting dalam kesehatan mental ibu atau maternal mental health, adalah mengerjakan hobi.
Ibu manapun pasti punya hobi di masa mudanya, yang bisa jadi tidak tersalurkan saat sudah memiliki anak.
Hobi itu bisa fotografi, tulis menulis, menggambar, merajut, membaca, atau apapun yang sifatnya positif.
Seorang ibu tidak perlu mengubur hobinya akibat kesibukan mengurus anak dan pekerjaan domestik lainnya, lho, Kawan Puan.
Meski tidak perlu seintensif masa muda dulu, menekuni hobi lama ini akan sangat menghibur dan menjaga kepercayaan diri ibu.
Supaya bisa merawat hobi, seorang ibu bisa memulainya dengan bergabung bersama komunitas hobi.
Baca Juga: Pinjaman Online Pengaruhi Kesehatan Mental Ibu? Ini Penjelasannya
Luangkan barang sehari dalam seminggu untuk berkumpul bersama komunitas. Di sana, para ibu juga bisa berbagi cerita dan mendapatkan teman-teman baru.
STOP STEREOTYPING IBU, "MANUSIA SUPER"
Masih banyak kiat-kiat lain yang bermanfaat bagi MMH seperti misalnya olahraga atau meditasi.
Untuk bisa melakukan hal-hal yang menyehatkan bagi jiwa tersebut, kita semua perlu memiliki kesadaran untuk berhenti memandang ibu sebagai sosok yang selalu kuat, tidak mungkin merasa lelah, dan menyerupai “manusia super”.
Stereotip semacam itu hanya akan menempatkan ibu sebagai manusia yang tidak boleh sakit dan tidak boleh stres.
Padahal seorang ibu adalah juga manusia, yang dibebani tanggung jawab besar, yang sesekali boleh mengeluh dan merasa lelah.
Seorang ibu boleh rehat dan memikirkan dirinya sendiri, agar kelak bisa menjalani peran dan aktivitasnya dengan lebih prima.
Namun pada kondisi kesehatan mental tertentu, jangan ragu bagi ibu manapun untuk memeriksakan dirinya pada para profesional yang ahli di bidangnya.
Hal semacam ini harus dinormalisasi sebagai respons wajar dari ibu yang memikul beban dan tanggung jawab besar dalam kesehariannya. (*)
Baca Juga: Tips Merawat Bersama dan Berbagi Tugas Perawatan dengan Pasangan