"Di tengah berbagai situasi yang sebetulnya wajar apabila masyarakat menjadi pesimis, kita bersyukur masih punya modal masyarakat terutama anak-anak muda yang ternyata masih optimis," ujar Akhyari Hananto, Founder GNFI.
"Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan, terutama penyelenggara negara, bagaimana modal optimisme ini digerakkan dengan berbagai kebijakan, program, dan aktivitas yang dapat menggerakkan kemajuan," imbuhnya.
Jika melihat dua tahun ke belakang dengan nilai rata-rata optimisme 7,2, tahun ini terlihat terjadinya pertumbuhan.
Tingkat optimisme pada anak muda tahun 2023 ini, indeksnya menunjukkan peningkatan sebesar 7,7 dari skala 10.
Dimensi Pendidikan dan Kebudayaan menduduki peringkat optimisme paling tinggi.
Selanjutnya baru disusul dengan kebutuhan dasar, ekonomi dan kesehatan dan kehidupan sosial.
Selain itu, Generasi muda di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua, memiliki tingkat optimisme lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya, terutama pada aspek ekonomi, kesehatan dan kehidupan sosial.
"Hasil survei dan kolaborasi dengan GNFI ini bertujuan untuk mengetahui pendapat generasi muda tentang hal-hal yang menjadi perhatian untuk perkembangan bangsa di masa depan," terang Timothy Astandu, CEO & Co-Founder Populix.
"Kami melihat dengan adanya bonus demografi di mana dalam beberapa tahun ke depan akan didominasi oleh generasi milenial dan juga generasi Z," tuturnya.
Baca Juga: Mengenal Beasiswa PIP, Siswa Putus Sekolah Bisa Dapat Akses Pendidikan