Parapuan.co - Penting bagi para perempuan untuk berdaya secara ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan sosial keluarganya.
Menteri Sosial, Tri Rismaharini, mengungkap, anggapan perempuan harus ada di rumah dan merawat anak-anak saja memang masih menjadi budaya bagi sebagian masyarakat di Indonesia.
Dalam wawancara eksklusif dengan PARAPUAN di acara World Government Summit pada (13/02/2024), Risma menyatakan bahwa perempuan tetap bisa menghasilkan pendapatan meskipun di rumah.
Ia memaparkan penting bagi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya karena hal ini berdampak pada anak, khususnya bagi yang miskin.
"Kalau keluarga yang miskin itu mesinnya ekonomi itu hanya satu yakni bapak atau suaminya saja," terang Risma.
"Karena itu, yang kita coba hidupkan itu adalah bagaimana menghidupkan mesin yang kedua yakni ibu-ibunya atau istrinya dengan mereka bisa berusaha atau berkarya sehingga dia mendapatkan tambahan pendapatan tapi tetap ada di rumah," lanjutnya.
Menurut Risma, dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, perempuan sudah sangat punya peluang untuk berkarier di rumah.
Program Pahlawan Ekonomi Nusantara di Daerah
Pada 2022, Risma meluncurkan Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) agar para keluarga penerima manfaat bantuan sosial (bansos) bisa mandiri secara ekonomi.
Baca Juga: Memerangi Bias, Ini Tantangan Perempuan di Sektor Keamanan dan Pertahanan
PENA ini merupakan program dari Risma yang sudah ia lakukan di Surabaya sejak 2010 bernama Pahlawan Ekonomi, di mana para istri menjadi mesin ekonomi kedua bagi keluarganya.
Program tersebut pun berjalan baik, Risma menyatakan setelah 10 tahun berjalan, ada yang sudah menjadi miliader.
"Setelah saya jadi walikota, saya mulai dengan 19 orang, saat itu pesertanya Pahlalwan Ekonomi, setelah itu saya keluar 2020 itu 85 ribu pesertanya," kata Risma.
Keberhasilan Pahlawan Ekonomi pun ia lanjutkan dengan PENA untuk skala nasional.
"Saya lanjutkan di Kementerian Sosial saat itu 2022, kita sudah bisa dalam waktu empat bulan, kita sudah mengeluarkan dari keluarga miskin itu 10 ribu lebih," jelas Risma.
Sejak November 2022, Risma menyatakan sudah mengeluarkan 10.073 penerima bansos dari yang sebelumnya sekitar 12 ribu.
Berdasarkan data Kemensos mengenai kemampuan ekonomi PENA tahun 2023 sampai Januari 2024, terungkap ada 14.353 keluarga penerima manfaat (KPM) yang sudah di atas garis kemiskinan.
Dari data tersebut ada 3.772 KPM yang pendapatannya sudah di atas UMK.
Sesuai dengan namanya, PENA ini dilakukan ke berbagai daerah misalnya di Kalimantan Utara dan Nusa Tenggara Timur.
Risma mencontohkan di kawasan Nunukan, Kalimantan Timur ia mengajarkan para ibu-ibu untuk mengolah ikan yang ditangkap oleh para suaminya.
Ikan yang diolah pun bisa dijual, hasilnya pun awet dan punya daya jual lebih tinggi.
Di Kabupaten Nunukan tersebut ada 30 peserta KPM PKH yng dilatih oleh Departemen ITP Fateta IPB dan Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selain itu, di kawasan Nusa Tenggara Timur, Risma memberdayakan para perempuan dan penyandang disabilitas untuk mengolah daun kelor menjadi teh.
Peran Perempuan agar Lebih Berdaya Ekonomi
Risma menyatakan perempuan Indonesia bisa memaksimalkan kemampuannya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
"Sebetulnya kaum perempuan ini sangat kuat, mereka sangat multitasking contohnya saat misalkan suami mereka di luar, mereka bisa menyelesaikan masalahnya sendiri," ujar Risma.
"Mereka (perempuan) punya kemampuan sosial, lebih mudah kalau kita meggandeng mereka. Misalnya pemberdaayaan untuk mengelola sampah, mudah dilakukan oleh kaum perempuan," imbuhnya.
Risma berpesan bahwa kita tak perlu ragu untuk membuat program yang melibatkan para perempuan.
"Sudah tidak ada lagi penuh keraguan atau khawatir, dalam bidang ekonomi, sosial, dan lainnya, perempuan sangat luar biasa," kata Risma.
"Kami punya data-data atau bukti konkrit, kaum perempuan di Indonesia sangat aktif, dan sangat mudah untuk diajak meningkatkan ekonomi dan sosial masyarakatnya (seperti PENA yang dilakukan di Kalimantan Utara dan NTT)," tutupnya.
Baca Juga: Pekerjaan Perawatan Kerap Dibebankan pada Perempuan, Bisa Picu Masalah Mental
(*)