Lebih jauh, Irma juga menjelaskan bahwa anak yang menjadi pelaku bullying ini kerap melihat ancaman dan kekerasan sebagai hal yang normal karena di rumahnya hal tersebut terjadi.
"Karena di keluarganya melakukan, akhirnya manifestasinya pada saat dia di pergaulan sosial terutama di pertemanan, ketika dia misalnya nggak suka sama seseorang, maka caranya mengungkapkan adalah dengan mengintimidasi," ungkapnya.
Bukan cuma itu, bullying yang dilakukan oleh seorang anak pada temannya di sekolah bisa jadi juga merupakan bentuk kemarahan yang tidak selesai, sehingga kini diproyeksikan pada temannya.
Anak merasa bahwa dirinya tidak berharga, tidak berdaya, dan selalu menjadi korban, sehingga ketika di sekolah misalnya dia punya kekuatan lebih, ia akan memproyeksikan kemarahan yang ia bawa dari rumah ke teman-temannya.
"Ketika dia sudah merasa punya kekuatan lebih, maka dia melakukan tadi karena ada kemarahan yang tidak selesai. Dia marah sama masa lalunya, sekarang proyeksinya di masa kini di orang orang yang dia kenal, dia dekat," jelasnya.
Korban Bullying Biasanya adalah Anak yang Kurang Percaya Diri
Jika anak yang kerap terpapar kekerasan maupun perundungan di rumah berisiko jadi pelaku bullying di sekolah, lantas anak seperti apa yang cenderung jadi target perundungan?
Irma menegaskan bahwa anak yang kurang percaya diri, anak yang tidak berani menolak dan bilang 'tidak' pada hal yang tak ia sukai, riskan jadi korban perundungan di sekolahnya.
Selain itu, anak yang mudah cemas dan gampang panik, serta anak berkebutuhan khusus (ABK) juga rentan jadi target bullying di sekolahnya.
Baca Juga: Perilaku Bullying Berdasarkan Usia Anak yang Perlu Orang Tua Tahu