Parapuan.co – Selain usaha yang dikelola oleh swasta, banyak juga perusahaan yang dikelola secara privat oleh beberapa anggota keluarga.
Perusahaan yang merupakan bisnis keluarga umumnya memiliki keunikan dan dinamika tersendiri dibandingkan dengan perusahaan swasta pada umumnya.
Salah satunya, dari segi tantangan bisnis. Bisnis keluarga kerap menghadapi tantangan perubahan zaman.
Teknologi yang berkembang pesat membuat perusahaan keluarga harus mampu beradaptasi dengan teknologi baru dan tren pasar yang terus berubah.
Selain itu, bisnis keluarga juga dituntut untuk lebih peduli dengan isu Environment (lingkungan), Social (sosial), dan Governance (kebijakan) atau ESG.
Hal ini lantaran konsumen dan investor semakin sadar akan pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, sehingga mereka lebih memilih untuk membeli produk dan berinvestasi di perusahaan yang memiliki komitmen yang jelas terhadap ESG.
Agar tetap relevan dengan kondisi pasar, spesialis branding family business Amelia Sidik mengatakan “bahwa bisnis keluarga perlu melakukan branding yang sejalan dengan konsep keberlanjutan.”
“Rumus untuk mendapatkan kepercayaan konsumen sudah bukan seperti dulu lagi. Kualitas produk dan layanan yang baik saja tidak cukup, tetapi harus ada komitmen terhadap ESG dan kemampuan untuk menyampaikannya dengan konsisten,” kata perempuan yang akrab disapa Lia Sidik tersebut.
Dikutip dari riset PWC’s Global Family Business Survey 2023, terdapat tiga langkah yang bisa dilakukan bisnis keluarga untuk memperkuat branding sustainability dan kelangsungan bisnis, yaitu:
- Bisnis keluarga perlu mempromosikan aspek ESG untuk membangun kepercayaan konsumen, baik baru maupun lama.
Sebagian besar bisnis keluarga yang sudah berdiri puluhan tahun punya banyak konsumen yang sudah percaya pada mereka. Tapi, kepercayaan ini bisa menurun jika perusahaan hanya berorientasi pada aspek finansial dan mengabaikan aspek ESG.
- Dengan branding ESG, bisnis keluarga tidak hanya mampu menarik minat investor dan konsumen, tetapi juga tenaga kerja baru, khususnya generasi muda seperti milenial dan Gen-Z. Pencari kerja usia milenial dan Gen Z yang berkualitas kini lebih memiliki kepedulian terhadap aspek ESG perusahaan.
- Untuk mempertahankan eksistensi bisnis dan membangun kepercayaan publik, pengambilan keputusan tidak bisa lagi hanya mengandalkan hirarki hubungan keluarga.
Sebaliknya, semua keputusan bisnis wajib dilakukan secara profesional serta melibatkan ahlinya.
Kebijakan penyelesaian konflik dan pengambilan keputusan bisnis wajib diterapkan secara profesional dan melibatkan ahlinya.
Salah satu contoh bisnis keluarga yang telah berhasil mengadopsi branding sustainability sekaligus mengelola manajemen secara profesional adalah pabrik cat asal Surabaya, PT Mataram Paint.
Bisnis keluarga yang berdiri sejak pasca kemerdekaan Indonesia ini dikelola secara turun temurun hingga saat ini. Saat ini, bisnis keluarga ini dikelola oleh generasi kedua, yakni Freddy Pangkey, Dipl.-Ing dan Dr. Ir. Iwan Kusmarwanto.
Untuk mengubah identitas sebagai perusahaan berbasis ESG PT Mataram Paint telah mengembangkan produk yang ramah lingkungan, sekaligus membangun pabrik baru yang hemat energi dengan lingkungan kerja yang nyaman serta memanfaatkan teknologi digital untuk memaksimalkan proses operasional maupun promosi ke konsumen.
Selain branding eksternal, Freddy mengaku, PT Mataram Paint juga sengaja membangun iklim kekeluargaan di dalam kegiatan operasional.
Hal diakui Freddy mampu menciptakan loyalitas karyawan dan berdampak baik bagi perusahaan itu sendiri.
“Karyawan-karyawan PT Mataram Paint selalu kami perlakukan dengan kekeluargaan. Prinsip ini merupakan warisan dari Pak Sumantri dan Pak Njoo yang masih dipertahankan hingga sekarang,” ungkap Freddy.
Selain menciptakan nilai dan nilai tambah baru, PT Mataram Paint juga terus berinisiatif untuk menciptakan produk yang unggul, sumber daya manusia yang kompeten, hingga melebarkan jejaring dan nilai bisnis yang kuat.
Kompetensi yang kuat diperoleh melalui pengalaman dan pembelajaran yang panjang, sementara jejaring sosial yang kuat dibangun melalui hubungan yang terjalin dengan berbagai pihak, termasuk pelanggan, pemasok, dan mitra bisnis yang terus terjaga komunikasinya.
“Kami juga komitmen terhadap kualitas, inovasi, dan tanggung jawab sosial menjadi wujud nilai bisnis yang kuat,” tambahnya.
Freddy berharap, keunggulan dan branding tersebut tidak hanya berdampak baik pada bisnis, tetapi juga terhadap pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja.