Parapuan.co - Setiap tahunnya, Hari Bipolar Sedunia atau World Bipolar Day diperingati 30 Maret.
Adanya peringatan Hari Bipolar Sedunia bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan gangguan bipolar.
Bukan itu saja, Hari Bipolar Sedunia juga menjadi upaya menghilangkan stigma sekaligus diskriminasi sosial terhadap pengidap bipolar.
Buat kamu yang masih asing, bipolar adalah gangguan kesehatan mental yang dapat memengaruhi suasana hati, konsentrasi, maupun aktivitas fisik seseorang secara tiba-tiba.
Karena hal tersebut, tak jarang penderita bipolar merasa sangat bahagia lalu berubah menjadi sedih dan putus asa dalam waktu berdekatan.
Dikutip dari laman Mayo Clinic, bipolar menjadi masalah kesehatan mental serius dan harus segera ditangani.
Jika tidak, bipolar dapat mengganggu kestabilan hidup dan produktivitas penderitanya.
Kondisi lebih parah bisa terjadi hingga memicu keinginan bunuh diri pada penderita.
Faktor Risiko Bipolar Disorder
Baca Juga: Berikut 3 Manfaat Rutin Olahraga bagi Pengidap Gangguan Bipolar
Belum diketahui secara pasti apa penyabab masalah kesehatan mental bipolar disorder.
Namun, pengalaman tragis atau faktor lain juga meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan bipolar.
Adapun beberapa risiko seseorang terkena bipolar disorder yakni:
- Pernah mengalami kejadian traumatis, seperti kekerasan fisik, bencana alam, ataupun kecelakaan lalu lintas
- Stres berat yang bisa dipicu oleh kehilangan orang yang dicintai atau karena masalah keuangan
- Gangguan tidur.
- Ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak (neurotransmitter) yang terkait dengan suasana hati, seperti serotonin, noradrenalin, dan dopamin
- Menderita kondisi medis tertentu yang tidak kunjung sembuh
Baca Juga: Lebih Banyak Diidap Perempuan, Ini 5 Jenis Gangguan Mental Terbanyak Menurut WHO
- Terdapat riwayat keluarga dengan gangguan bipolar
- Penyalahgunaan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan obat terlarang)
- Kecanduan minuman beralkohol
Apa gejala yang ditunjukkan ketika seseorang memiliki gangguan bipolar?
Umumnya, gejala bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati drastis dan tidak terkontrol.
Perubahan suasana hati tersebut bisa dibedakan menjadi dua fakse yakni mania dan hipomania serta fase mayor depresi (major depressive episode).
Mania dan hipomania adalah dua jenis episode berbeda, namun memiliki gejala sama.
Mania lebih parah daripada hipomania dan menyebabkan masalah yang lebih nyata di tempat kerja, sekolah dan aktivitas sosial, serta kesulitan dalam hubungan.
Mania juga dapat memicu keteralihan dari kenyataan (psikosis) dan memerlukan rawat inap.
Sementara itu major depressive episode ditandai dengan hilangnya minat atau rasa tidak senang dalam semua aktivitas, penurunan berat badan secara signifikan, hingga penurunan kemampuan berpikir.
Baca Juga: Jangan Disepelekan, 3 Hal Yang Memicu Perubahan Mood Pasien Bipolar
(*)