Parapuan.co - Baru-baru ini, muncul kasus delusi cinta di dunia nyata usai viralnya kabar seorang perempuan bernama Nimas yang diteror teman SMP-nya selama sepuluh tahun.
Melalui akun X-nya, Nimas mengaku mendapatkan teror dari teman SMP-nya hanya karena memberi uang sebesar Rp5.000.
Melansir Tribunnews, Nimas bercerita bahwa ia pernah memberikan uang kepada seorang teman bernama Adi.
Hal itu dilakukan karena Nimas bersimpati pada Adi yang tidak membawa uang saku, dan tidak pergi ke kantin seperti teman-teman lain.
Namun, rupanya kebaikan hati Nimas disalahartikan oleh Adi. Adi mengira Nimas menyukainya, dan delusi seolah ia menjalin hubungan dengan Nimas.
Usut punya usut, delusi cinta disebut juga dengan erotomania.
Melihat kasus tersebut, apa sebenarnya dampak erotomania terhadap seseorang? Simak penjelasannya seperti merangkum Very Well Mind!
Tanda-Tanda Erotomania
Erotomania sendiri dikategorikan sebagai gangguan delusi dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), buku tentang kesehatan mental yang digarap Asosiasi Psikiatris Amerika.
Baca Juga: Mengenal Gejala Demensia Sejak Muda, Salah Satunya Sering Halusinasi
Kriteria diagnosis erotomania menurut DSM-5 yang pertama, yaitu adanya delusi yang berlangsung selama satu bulan atau lebih.
Tanda lain erotomania adalah tidak ada bukti langsung yang menunjukkan seseorang mengalami skizofrenia.
Tidak ada pula gangguan fungsi harian yang signifikan atau perilaku yang aneh dan jelas dari mereka yang mengalaminya.
Penting dicatat bahwa dalam erotomania, delusi adalah keyakinan bahwa orang lain jatuh cinta dengan individu tersebut.
Dampak Erotomania pada Kehidupan Seseorang
Entah disadari atau tidak, erotomania dapat berdampak besar pada kehidupan seseorang.
Fokus pada hubungan romantis delusional sering kali menghabiskan banyak waktu.
Hal ini bisa membuat individu mengabaikan tanggung jawab pribadi seperti pekerjaan dan relasi personalnya dengan orang lain, semisal keluarga.
Obsesi ini dapat menyebabkan perilaku stalking atau menguntit, yang berpotensi menimbulkan masalah hukum.
Baca Juga: Mengenal Skizofrenia, Gangguan Mental yang Butuh Perawatan Seumur Hidup
Tak cukup sampai di situ, orang yang menjadi objek delusi mungkin merasa terancam atau dilecehkan.
Dan individu yang menjadi korban dapat melaporkan tindakan tersebut ke pihak berwajib.
Menurut psikolog berlisensi Dr. Elizabeth Campbell, orang dengan erotomania mungkin menghadapi isolasi sosial, tantangan pekerjaan, dan dampak negatif pada kesejahteraan hidup secara keseluruhan.
Itulah tadi dampak yang bisa dialami orang dengan erotomania maupun individu yang menjadi objek delusi.
Bila Kawan Puan mendapati ada orang yang delusi terhadapmu, jangan ragu melapor atau bercerita ke orang-orang terdekat.
Atau jika kamu mengalami tanda-tanda delusi, segeralah berkonsultasi dengan psikolog.
Baca Juga: Alami Delusi Cinta, Ini Contoh Erotomania di Dunia Nyata dan Langkah Mengatasinya
(*)