Pudarkan Tanda Penuaan dengan Alat Pengencang Wajah Berteknologi AI

Citra Narada Putri - Jumat, 31 Mei 2024
Alat pengencangan wajah yang menyisipkan artificial intelligence (AI) Exion.
Alat pengencangan wajah yang menyisipkan artificial intelligence (AI) Exion. (Dok. Citra Narada/PARAPUAN)

Terbukti dengan banyaknya klinik-klinik kecantikan yang menawarkan perawatan tersebut.

“Hampir semua perawatan pengencangan wajah memiliki tujuan yang sama, yaitu merangsang pembentukan kolagen baru," jelasnya lagi.

Adapun salah satu alat estetika medis yang bisa membantu memudarkan tanda penuaan adalah Exion.

Ini merupakan sebuah alat pengencangan wajah yang menyisipkan artificial intelligence (AI) pada teknologinya.

"Perawatan Exion bisa menjadi pilihan untuk mengencangkan wajah karena perawatan ini sudah diteliti secara ilmiah dapat merangsang pembentukan kolagen baru,” ujar dr Arini.

Berdasarkan data dari research center BTL, empat kali perawatan Exion dapat meningkatkan 47 persen produksi kolagen dan 50 persen produksi elastin pada lapisan dalam kulit.

“Hasil perawatan Exion sebaiknya dikerjakan sebanyak 4 kali sesi dengan jarak pengulangan satu minggu. Hal ini bertujuan agar hasil perawatan benar-benar optimal dan long lasting,” ucap dr Arini.

Namun, menurut dr. Arini, pasien tetap dapat merasakan perubahan pada wajah mereka pada perawatan pertama.

Ditambahkan oleh Jan Valacai, Country Manager BTL Aesthetics Indonesia, bahwa Exion adalah  alat pengencangan wajah berteknologi radio-frekuensi dengan fitur AI pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Baca Juga: 3 Gerakan Face Yoga yang Mudah Dilakukan di Rumah, Ada Face Tapping

“Inovasi ini akan memberikan hasil perawatan wajah yang lebih terprediksi, aman, tanpa nyeri dan tanpa downtime”, kata Jan Valacai kepada media dalam acara Soft launching Exion.

Ditambahkan olehnya bahwa saat ini Exion memiliki teknologi yang paling canggih dibandingkan alat pengencangan wajah lainnya.

“Exion merupakan alat yang canggih sekaligus pintar, teknologi radio-frekuensinya sudah dilengkapi dengan AI, dimana alat ini mampu memberikan dosis energi yang akurat sesuai kondisi kulit setiap pasien”, tutur Jan lagi.

Adapun cara kerja AI dalam alat ini adalah dengan mendeteksi konduktivitas lapisan dalam kulit (dermis).

Kemudian AI akan menakar seberapa besar energi radio-frekuensi yang dibutuhkan lapisan kulit tersebut. 

“Jadi pengguna alat ini atau dokter tidak perlu pusing lagi mengatur dosis energi. Artificial intelligence dapat menentukan dosis energi yang tepat untuk setiap kondisi kulit pasien. Perawatan menjadi sangat praktis dan sangat aman”, tutup Jan Valacai.

(*)



REKOMENDASI HARI INI

3 Tips Manfaatkan Uang Pesangon PHK Jadi Modal untuk Wirausaha