Indonesia Dengue Summit: Ahli Suarakan Pentingnya Pencegahan Demam Berdarah

Arintha Widya - Senin, 24 Juni 2024
Indonesia Dengue Summit 2024 bahas pentingnya pencegahan untuk perlindungan dari demam berdarah.
Indonesia Dengue Summit 2024 bahas pentingnya pencegahan untuk perlindungan dari demam berdarah. Freepik

Parapuan.co - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegepty menjadi perhatian.

Tidak hanya di Indonesia, bahkan seluruh dunia, kasus DBD ini cukup tinggi.

Dalam beberapa dekade terakhir, kasus DBD bahkan meningkat secara signifikan.

Kasus yang dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), naik dari 505.430 kasus pada tahun 2000 menjadi 5,2 juta pada tahun 2019.

Hal ini membuat DBD menjadi salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat dunia.

Oleh karena itu, lahir peringatan ASEAN Dengue Day setiap tanggal 15 Juni.

Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta (IDAI JAYA) didukung oleh PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan Indonesia Dengue Summit pada 2024 dalam rangka memeringati ASEAN Dengue Day.

Dalam pers rilis yang diterima PARAPUAN, Indonesia Dengue Summit yang pertama ini dilakukan sebagai bentuk peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, edukasi mendalam bagi masyarakat seputar penyakit Demam Berdarah Dengue/DBD juga dilakukan. 

Jumlah kasus demam berdarah tertinggi tercatat pada tahun 2023, yang memengaruhi lebih dari 80 negara di seluruh wilayah WHO.

Baca Juga: Musim Pancaroba Rentan Sebabkan Penyakit DBD, Ini 4 Langkah Pencegahannya

dr. Imran Pambudi dll dalam Indonesia Dengue Summit 2024
dr. Imran Pambudi dll dalam Indonesia Dengue Summit 2024 Press Release

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat hingga minggu ke-23 tahun 2024 saja, terdapat 131.501 kasus DBD dengan kematian sebanyak 799 kasus.

Angka kasus kejadian tersebut lebih tinggi dari kumulatif kasus DBD pada 2023 yaitu 114.720 kasus, dan mendekati total kasus kematian sepanjang tahun 2023, yaitu 894 kasus.

dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI, mengatakan, "Sampai saat ini, pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia berfokus lebih berat pada pengendalian vektor yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat."

"Sejak tahun 1980-an, kita telah menjalankan Gerakan 3M Plus secara berkelanjutan, dilanjutkan dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), dan baru-baru ini, kami memperkenalkan teknologi nyamuk ber-Wolbachia sebagai bagian tambahan dari program yang ada," imbuh Dokter Imran.

"Meskipun semua upaya ini telah dilakukan, kasus demam berdarah di Indonesia masih menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kami yakin bahwa pendekatan inovatif lainnya diperlukan untuk mengatasi tantangan ini," paparnya lagi.

"Karena itulah, Kementerian Kesehatan terus menguatkan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, dan berkomitmen menerapkan pendekatan-pendekatan inovatif, termasuk melalui vaksinasi," katanya.

"Hal ini sejalan dengan pilar kelima dan keenam dari Strategi Nasional Penanggulangan Dengue yang telah kami canangkan di tahun 2021," ujar dr. Imran.

Pihaknya juga menambahkan bahwa selain keterlibatan masyarakat, setiap tingkatan pemerintahan harus bersatu untuk mengimplementasikan strategi ini, di mana pemerintah daerah memegang peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan DBD di Indonesia.

Sementara itu, Prof. Dr. dr. Rismala Dewi, Sp.A(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, menuturkan, "Kami menyadari pentingnya pencegahan DBD yang terintegrasi dan komprehensif."

Baca Juga: Bukan Hanya Demam Berdarah, Ini 5 Penyakit Akibat Gigitan Nyamuk

Pencegahan DBD dengan Vaksinasi

"Oleh karena itu, organisasi profesi, termasuk salah satunya adalah IDAI, perekomendasikan imunisasi DBD kepada anak-anak usia 6-18 tahun," tuturnya Dokter Rismala Dewi.

"Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan perlindungan optimal kepada anak-anak, yang merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue, tetapi juga untuk secara signifikan mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini. Untuk itu, mari bersama-sama kita lindungi generasi muda kita dari ancaman DBD dengan vaksinasi," serunya lagi.

Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), memaparkan bahwa dengue atau yang sering disebut sebagai DBD merupakan penyakit yang dapat menjangkit siapa saja tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, maupun gaya hidup.

"Di negara atau wilayah dengan tingkat penularan DBD yang tinggi, anak-anak dan orang dewasa muda cenderung menjadi yang paling terkena dampaknya, dengan angka kematian lebih tinggi pada anak-anak," terang Dokter Sri Rezeki.

"Sayangnya, di masyarakat kita masih banyak terjadi miskonsepsi
tentang DBD dan menganggap penyakit ini tidak berbahaya. Masih banyak orang yang berpikir bahwa apabila sudah pernah terkena DBD, maka mereka aman dan menjadi kebal. Padahal, tidak begitu," ungkapnya.

"Masyarakat perlu memahami bahwa virus dengue terdiri dari empat serotipe. Apabila seseorang telah terjangkit satu serotipe, mereka masih bisa terjangkit serotipe yang lain, dan infeksi yang kedua dan seterusnya berpotensi lebih parah. Bahkan bisa menyebabkan kematian," tambahnya lagi.

Lebih lanjut, Prof. Sri menjelaskan, "Untuk itu, tindakan pencegahan yang terintegrasi sangat diperlukan untuk melawan DBD, seperti melalui pengendalian vektor."

"Salah satu inovasi yang saat ini direkomendasikan oleh beberapa organisasi profesi di Indonesia, baik oleh IDAI, PAPDI, maupun PERDOKI adalah melalui program vaksinasi," pungkasnya.

Baca Juga: 3 Fakta Nyamuk Wolbachia, Apa Benar Bisa Mencegah Penyebaran DBD?

Berkaitan dengan hal tersebut, dr. William S. Tjeng, Sp.A(K), Ketua Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Kalimantan Timur, membagikan informasi seputar program vaksinasi DBD yang saat ini sedang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur.

Menurutnya, sejauh ini program imunisasi berjalan dengan baik. "Sampai dengan bulan Februari 2024, tercatat hampir 99 persen peserta telah mendapatkan dosis pertama, dan vaksin dapat ditoleransi dengan baik," jelas Dokter William.

"Melihat perjalanan program sampai saat ini, serta kasus DBD yang masih terus fluktuatif di Indonesia, ke depannya Dinkes Kalimantan Timur akan meneruskan program imunisasi ke kota Samarinda dengan target 2.750 anak-anak rentang usia yang sama,” tutup dr. William.

Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, juga mengaku sangat bersemangat dengan diadakannya Indonesia Dengue Summit, kerja sama antara PT Takeda Innovative Medicines dengan IDAI JAYA.

Sekadar informasi, Indonesia Dengue Summit (IDS) merupakan sebuah acara peningkatan kapasitas dan edukasi seputar Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui sesi sharing, perencanaan strategis, dan pembentukan kemitraan yang kuat antara para pemangku kepentingan, baik para tenaga kesehatan, sektor swasta, pemerintah, dan publik.

Acara yang mengusung tema "One Nation, One Fight for One Purpose" ini bertujuan untuk memperkuat, serta menyelaraskan upaya bersama melawan DBD di Indonesia untuk mencapai tujuan "Nol Kematian Akibat Dengue pada Tahun 2030".

Sementara itu, Indonesia Dengue Summit yang pertama kali diselenggarakan hari ini, 23 Juni 2024, terdiri dari dua sesi.

Sesi pertama, telah diselenggarakan di pagi hari, dan diikuti oleh lebih dari 3.000 tenaga kesehatan dari seluruh Indonesia —baik secara luring maupun daring.

Acara kemudian ditutup dengan sesi edukasi kepada media. Jadi, mulai sekarang Kawan Puan juga tidak boleh menyepelekan DBD, ya.

Baca Juga: Marak Kasus Demam Berdarah, Kenali Berbagai Gejala yang Harus Diwaspadai

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Ketentuan Baru Potongan Gaji Pekerja untuk Tapera, Kapan Mulai Berlaku?