Parapuan.co - Baru-baru ini, viral di media sosial sebuah video yang menunjukkan kondisi kamar kos di Bekasi yang dipenuhi tumpukan sampah.
Video tersebut memicu berbagai reaksi, mulai dari rasa jijik dan prihatin hingga spekulasi tentang penyebab di balik penimbunan sampah tersebut.
Diduga, mahasiswi yang menempati kamar kos tersebut mengidap hoarding disorder.
Sebagai informasi, hoarding disorder atau gangguan penimbunan adalah kesulitan terus-menerus membuang atau berpisah dengan harta benda karena kebutuhan yang dirasakan untuk menyelamatkan mereka, seperti melansir dari mayoclinic.org.
Penderita hoarding disorder biasanya memiliki ketakutan dan kecemasan yang berlebihan terhadap kehilangan barang-barang mereka.
Namun, tanpa pemeriksaan lebih lanjut, sulit untuk memastikan apakah mahasiswi tersebut benar-benar mengalami hoarding disorder.
Kendati demikian, banyak yang bertanya-tanya apakah hoarding disorder dapat diobati atau tidak.
Melansir dari Verywellmind, banyak orang yang melakukan hoarding disorder, tidak mendapatkan pengobatan karena kurangnya wawasan, sumber daya, atau merasa malu.
Seringkali, penderita hoarding disorder justru mencari pengobatan ketika mereka sudah berusia 50 tahun atau lebih.
Baca Juga: Faktor Risiko dan Penyebab Hoarding Disorder yang Viral di TikTok
Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif khusus penimbunan ini melibatkan bantuan orang untuk mengubah cara mereka berpikir dan membuat keputusan tentang barang-barang mereka.
Metode ini telah terbukti menjadi pengobatan yang efektif untuk gangguan hoarding disorder.
Penting untuk diingat bahwa mengobati hoarding disorder adalah sebuah proses.
Hal ini memerlukan waktu dan mungkin butuh lebih dari satu jenis intervensi, termasuk:
- Wawancara klinis dan penilaian fungsional terhadap perilaku seseorang.
- Psikoedukasi untuk meningkatkan wawasan seseorang dan membantunya lebih memahami gangguannya.
- Penetapan tujuan kolaboratif antara orang yang menimbun dan profesional kesehatan mental (seperti pekerja sosial atau psikolog) yang bekerja bersama mereka.
Baca Juga: Gejala Hoarding Disorder, Kebiasaan Menimbun Barang yang Viral di TikTok
- Terapi kognitif untuk mengidentifikasi distorsi kognitif seseorang dan membantunya mengembangkan fleksibilitas kognitif dan restrukturisasi kognitif adaptif.
- Memperoleh keterampilan organisasi dan pemecahan masalah melalui pelatihan.
- Pencegahan paparan dan respons terhadap peluang akuisisi, serta jenis eksperimen perilaku lainnya.
- Paparan penggalian untuk memandu seseorang melalui proses merapikan, yang dapat melibatkan pemilahan harta benda sambil memanfaatkan dan mempraktikkan keterampilan pengambilan keputusan yang baru mereka peroleh.
Obat-obatan
Saat ini tidak ada pengobatan farmakologis yang disetujui Food and Drug Association (FDA) di Amerika Serikat untuk gangguan penimbunan atau hoarding disorder.
Obat antidepresan (termasuk SSRI dan SNRI) mungkin memiliki potensi terbatas sebagai pengobatan untuk penimbunan.
Terutama bila seseorang memiliki kondisi kesehatan mental lain seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Psikostimulan dan peningkat kognitif juga sedang diselidiki sebagai kemungkinan pengobatan.
(*)
Baca Juga: Viral Ditemukan Timbunan Sampah di Kamar Kos, Penghuni Diduga Idap Hoarding Disorder, Apa Itu?