Parapuan.co – Persaingan di pasar tenaga kerja semakin ketat di tengah arus globalisasi. Wirausaha sebenarnya dapat menjadi solusi untuk memperoleh kesejahteraan ekonomi di tengah kondisi tersebut, sekaligus membantu membuka banyak lapangan kerja baru.
Sayangnya, masih banyak masyarakat, terutama generasi muda, yang ragu untuk menjadikan wirausaha sebagai cita-cita utama. Profesi ini dianggap tidak aman karena tak lepas dari risiko gagal.
Ada pula anggapan bahwa hanya orang-orang yang punya “bakat” dan privilese tertentu yang bisa sukses berwirausaha. Ditambah, terdapat pandangan konservatif bahwa usai lulus dari perguruan tinggi, bekerja di perusahaan atau instansi pemerintahan merupakan pilihan terbaik.
Vice Chairman of International Relations Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bernardino Moningka Vega Jr memahami akan pandangan kebanyakan masyarakat Indonesia terhadap dunia wirausaha.
Dia bercita-cita ingin mengubah mindset tersebut. Menurutnya, generasi muda, baik perempuan maupun laki-laki, harus memiliki pandangan yang lebih progresif terkait karier dan dunia usaha.
“Bagi banyak masyarakat kita, menjadi pengusaha adalah pilihan karier keempat setelah Pegawai Negeri Sipil (PNS), akademisi seperti dosen atau guru, dan pegawai swasta. Padahal, pelaku usaha memiliki peran yang signifikan dalam membantu roda ekonomi Indonesia berputar, khususnya UMKM,” kata pria yang akrab disapa Dino tersebut saat ditemui tim Parapuan di Cyber 2 Tower Jakarta, Kamis (14/12/2023).
Baca Juga: Gerakan Kolaborasi KADIN dan KG Media Ini Bantu Turunkan Angka Stunting di Indonesia
Sebagai gambaran, Bernardino menjelaskan bahwa 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia berasal dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Lalu, UMKM juga menyumbang 90 persen penyerapan tenaga kerja.
Tak hanya itu, pelaku UMKM di Indonesia juga didominasi oleh perempuan. Secara tidak langsung, dapat dikatakan bahwa perempuan pengusaha berperan besar sebagai penggerak roda perekonomian nasional.
“Jadi, anak muda harusnya bangga menjadi pengusaha. Selain berkontribusi bagi pendapatan pajak negara, mereka juga berkontribusi membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),” lanjutnya.
Menurut Bernardino, anak muda juga perlu menggali inspirasi dari para pengusaha terdahulu. Salah satunya adalah Shinta Widjaja Kamdani.
Perempuan pengusaha yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) tersebut telah malang melintang di dunia bisnis Tanah Air.
Selain itu, Shinta juga dikenal dengan semangatnya dalam menyebarluaskan isu-isu pemberdayaan perempuan. Saat ini, Shinta menjadi salah satu perempuan pengusaha yang disegani. Bahkan, pada gelaran G20 Indonesia 2022, Shita ditunjuk sebagai Ketua Forum B20 Indonesia.
Baca Juga: B20 Indonesia: KADIN Bahas Pentingnya Teknologi Digital untuk Masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan
Tak lepas dari tantangan
Kendati punya banyak peluang, menjadi wirausaha tentu tak lepas dari tantangan. Salah satunya, mengalami kerugian. Dalam hal ini, Bernardino mengimbau masyarakat yang ingin memulai wirausaha untuk memperhatikan dua hal, yaitu fixed cost dan variable cost.
Fixed cost adalah biaya yang nilainya tak berubah meski terjadi penurunan atau peningkatan jumlah barang. Sedangkan variable cost adalah biaya yang besarannya dinamis, tergantung volume produksi barang.
“Selain itu, Anda (pengusaha) harus selalu punya plan B. Kalau bisnis tidak berhasil, harus ada rencana alternatif. Entah mengurangi variable cost atau menjalin kemitraan untuk menambah networking,” ujar Dino.
Tantangan lainnya adalah menghadapi persaingan. Untuk meningkatkan daya saing para pelaku UMKM, setidaknya ada dua hal yang terus diupayakan pemerintah Indonesia, yaitu menyediakan kemudahan akses pasar dan permodalan, baik modal operasional maupun investasi.
Pada akses permodalan, misalnya, Bernardino yang juga merupakan Direktur Utama (Dirut) PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) menjelaskan bahwa kemajuan teknologi membuka akses bagi pengusaha, terutama yang unbankable dan tidak memiliki aset sebagai jaminan, untuk memperoleh permodalan.
Baca Juga: Makin Laris di Akhir Tahun, UMKM Kuliner Online Bisa Manfaatkan Ini
Sumber permodalan lebih bervariasi, salah satunya peer-to-peer lending (P2P) yang mekanismenya dapat menjangkau masyarakat yang tidak memiliki akses pinjaman ke bank.
“Sebagai gambaran, menurut data AdaKami, ada 3,3 juta nasabah Indonesia yang sudah menjawab cita-cita untuk mengakses permodalan untuk berbagai kebutuhan, termasuk wirausaha,” ungkapnya.
Setiap tahun, angka credit gap di Indonesia sendiri mencapai Rp 1.600 triliun. Artinya, masih banyak masyarakat yang belum terjangkau oleh akses pinjaman dari perbankan.
“P2P menggunakan data point yang berbeda dari perbankan, salah satunya bebas jaminan. Dengan memanfaatkan teknologi, algoritma aplikasi bisa membaca dan menilai untuk kemudian menentukan credit score dan integritas kemampuan bayar nasabah,” jelas Dino.
Harapan pria kelahiran Sulawesi Utara tersebut, kehadiran teknologi finansial dapat membantu memperkecil credit gap dan membantu pengusaha yang unbankable untuk memperoleh modal untuk menggerakkan usahanya.
Baca Juga: Sebelum Menjalankan Ide Usaha, Pelaku UMKM Wajib Punya 7 Skills Ini
Pertumbuhan wirausaha kunci menyongsong Indonesia Emas 2045
Selain menunjang kesejahteraan ekonomi masyarakat, Bernardino mengatakan bahwa wirausaha juga dapat menjadi kunci kekuatan ekonomi Indonesia, khususnya dalam menyongsong target Indonesia Emas 2045.
Saat ini, Indonesia beruntung karena memiliki bonus demografi, di mana setengah dari total penduduknya berada di usia produktif. Momen ini dimanfaatkan oleh Indonesia untuk meningkatkan target pendapatan per kapita dari 5.000 dollar AS menjadi 15.000 dollar AS.
“Pertumbuhan ekonomi harus terus didongkrak. Kalau tidak, kita akan terus terjebak dalam middle income trap, (atau) akan menjadi negara berpendapatan menengah terus,” ujar Bernardino.
Di sisi lain, Bernardino mengungkapkan, Indonesia memiliki waktu setidaknya sampai 2045 untuk mewujudkan hal tersebut. Sebab, setelah tahun 2045, generasi muda saat ini sudah menua sehingga jumlah penduduk usia produktif menurun. Waktu yang dimiliki oleh Indonesia tidak banyak untuk memanfaatkan potensi bonus demografi itu.
“Di Kadin, kami punya tugas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satunya mengelola jenis investasi yang masuk. Jenis investasi tersebut harus punya dampak positif terhadap perekonomian di sekitar (wilayah tempat sebuah industri berada),” kata Dino.
Baca Juga: UMKM Perempuan Bagi Tips Produk Ide Usaha Memikat Konsumen Luar Negeri
Dia mencontohkan, investasi pada hilirisasi industri di Indonesia. Misalnya, investasi diberikan pada sebuah pabrik pengolahan baja antikarat. Nilai investasi tersebut harus dapat terkonversi menjadi alat berat yang membantu industri, sekaligus peningkatan skill sumber daya manusia lokal dengan kehadiran teknologi baru.
Tak hanya itu, investasi pada hilirisasi industri harus bisa memberi multiplier effect berupa perkembangan UMKM di sekitar industri, baik yang merupakan industri sampingan maupun yang terlibat dalam rantai pasok hilirisasi industri. Investasi, menurut Dino, mesti memiliki dampak sebesar itu untuk dapat dikatakan bernilai.
“Dampak dari investasi, akan muncul banyak industri sampingan di sekitarnya, seperti tukang besi, vendor, atau supplier. Masyarakat sekitarnya punya kesempatan untuk mendirikan usaha-usaha tersebut. Itu yang kami harapkan,” kata Bernardino.
Selain investasi, hilirisasi juga menjadi salah satu program utama yang diusung untuk menumbuhkan perekonomian Indonesia. Dengan adanya hilirisasi, tuntutan sumber daya manusia (SDM) yang andal akan meningkat. Pada akhirnya, sektor pendidikan akan ikut terpacu untuk tumbuh.
“Sebagai contoh, hilirisasi dari industri yang bisa kita lakukan saat ini adalah net zero emission. Kami berharap kreativitas dunia usaha di sektor UMKM juga bisa mengambil peran di industri ini. Misalnya, bisa membuat suatu produk yang ramah lingkungan sehingga bisa dijual atau bisa juga dengan mempelajari kendaraan zero emission sehingga akan tumbuh bengkel-bengkel yang dapat menangani,” ujarnya.
Selain itu, Bernardino mengajak generasi muda untuk berpartisipasi dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 demi memperoleh kehidupan yang lebih baik dan sejahtera di masa depan.
“Saya berani mengatakan bahwa masa depan Indonesia harus generasi muda yang menentukan. Jangan berharap pada generasi yang sudah (berusia) lanjut. Kalau bukan generasi muda, siapa lagi?” tutup Bernardino.
Hubungi Adakami