Parapuan.co - Atlet bulu tangkis muda asal China, Zhang Zhi Jie (17 tahun), meninggal dunia akibat henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) saat bertanding di ajang Badminton Asia Championship 2024, Minggu (30/6/2024).
Sebagai informasi, henti jantung mendadak dapat terjadi ketika adanya gangguan irama jantung. Kondisi tersebut dapat membuat jantung tidak mampu memompa darah sebagaimana mestinya (ventrikel fibrilasi/VF).
Bahayanya, gangguan pada jantung ini bisa terjadi kapan dan di mana saja, termasuk saat sedang beraktivitas olahraga seperti yang dialami oleh Zhang Zhi Jie.
Musibah yang dialami Zhang, tentunya menimbulkan renungan bahwa tidak ada yang pernah siap menghadapi situasi darurat tersebut dan bagaimana penanganan pertama saat kondisi tersebut terjadi.
Prosedur pertolongan pertama henti jantung mendadak
Dilansir dari keterangan resmi yang diterima Parapuan, Jumat (26/7/2024), Ketua perhimpunan dokter spesialis kardiovaskuler Indonesia dr Redityo mengatakan, waktu sangat penting ketika menolong orang yang mengalami henti jantung. Menurut pemberitaan, sejak Zhang mengalami kolaps hingga tim medis datang, terdapat jeda waktu 40 detik.
Padahal, menurutnya, survival rate henti jantung mendadak sangatlah sebentar. Golden time henti jantung mendadak hanya memiliki interval 10 menit, sehingga tim medis harus segera melakukan tindakan dan pertolongan darurat.
“Ketika (tim medis) sudah menyaksikan henti jantung, pasien harus cepat ditolong. Kalau jeda 40 detik, survival rate-nya akan turun. Jadi terlambat. Jadi, kemungkinan untuk kembali sadar makin turun, menit demi menit. Kalau enam menit sudah permanent damage di otak tanpa sirkulasi (darah)” ujar Redityo.
Baca Juga: Hobi Jalan Pagi, Ini Cara Membaca Heart Rate Sesuai dengan Usia
Dalam situasi henti jantung mendadak, pertolongan harus segera diberikan melalui resusitasi jantung paru berkualitas. Agar resusitasi lebih optimal, bantuan AED diperlukan untuk memberikan shock listrik dengan upaya mengembalikan irama jantung yang terganggu.