Parapuan.co - Penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan energi baru telah mampu mengurangi beban domestik perempuan, memungkinkan mereka untuk lebih produktif dan mengurangi pengeluaran rumah tangga, khususnya terkait penggunaan energi.
Namun, masih ada hambatan yang dihadapi, termasuk terbatasnya akses perempuan terhadap pendanaan dan beasiswa pendidikan di bidang energi.
Di era globalisasi dan kemajuan teknologi, akses terhadap energi yang bersih dan modern menjadi isu yang semakin penting dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan.
Tanpa akses ini, kesenjangan sosial dan ekonomi akan terus melebar, terutama bagi perempuan dan anak perempuan yang masih menghadapi ketidaksetaraan dalam berbagai aspek kehidupan.
Misalnya, banyak perempuan di negara berkembang yang masih harus menempuh jarak jauh untuk mengumpulkan kayu bakar, yang tidak hanya memakan waktu tetapi juga berisiko tinggi terhadap keselamatan mereka.
Lebih jauh, tanpa akses ke energi bersih, perempuan seringkali terjebak dalam membuang waktu, di mana sebagian besar waktu mereka habis untuk pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar.
Ini menghalangi mereka untuk mengakses pendidikan atau bekerja, yang pada akhirnya membatasi ekonomi mereka.
Oleh karena itu, fokus pada energi bersih tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga merupakan perbaikan pada kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Selain itu, transisi menuju energi hijau juga membuka peluang bagi perempuan untuk terlibat dalam sektor energi, yang selama ini didominasi oleh laki-laki.
Baca Juga: Angka Keterwakilan Perempuan di Parlemen: Indonesia Tertinggal Jauh