Baca Juga: Sama-Sama Perempuan Berdaya, Kakak Beradik Berebut Takhta di Drakor Queen Woo
Akhir Hayat dan Warisan
Hu-nyeo akhirnya melahirkan seorang putra, yang akhirnya menjadi Raja Dongcheon (raja ke-11 Goguryeo).
Ratu Woo wafat pada tahun 234, pada masa pemerintahan Raja Dongcheon.
Sebelum wafat, ia meninggalkan wasiat yang meminta agar ia tidak dimakamkan di makam Raja Gogukcheon, suami pertamanya.
Ia merasa malu atas apa yang telah dilakukannya semasa hidup dan tidak ingin dimakamkan di sisi suami pertamanya. Sebagai gantinya, ia meminta untuk dimakamkan di makam Raja Sansang.
Dalam pandangan masyarakat Joseon (setelah era Goguryeo), Ratu Woo sering digambarkan sebagai perempuan yang melanggar moralitas manusia.
Tindakannya yang menikah dengan saudara iparnya dan manipulasi politiknya untuk mempertahankan kekuasaan, dianggap tidak etis.
Namun, di masa modern, Ratu Woo dapat dianggap sebagai perempuan yang bertindak aktif demi mencapai keinginannya dan berusaha mempertahankan kekuasaan dalam dunia politik yang didominasi oleh laki-laki.
Ratu Woo tercatat dalam sejarah Korea sebagai satu-satunya ratu yang pernah menikah dengan dua raja dalam satu dinasti.
Tindakannya yang berani dan penuh intrik politik membuatnya menjadi salah satu perempuan paling berpengaruh di era Goguryeo dan menciptakan jejak yang signifikan di Korea.
Meskipun sosoknya kontroversial, pengaruh dan kekuatannya tak dapat diabaikan, menjadikannya salah satu perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Korea.
Wah, keren ya, Kawan Puan? Bagaimana sosok Ratu Woo menurutmu?
Baca Juga: Profil Jeon Jong Seo, Pemeran Ratu Woo di Sinopsis Drakor Queen Woo
(*)