Presiden INA, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K) mengatakan "Malnutrisi, jika tidak diatasi, dapat memperburuk kondisi kesehatan individu dan berakibat pada konsekuensi ekonomi yang signifikan,” ungkapnya.
Lebih jauh, Dr. Luciana menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran akan tanda-tanda malnutrisi dan kolaborasi lintas sektor untuk menerapkan pola makan bergizi seimbang.
Dengan demikian, diharapkan kesadaran masyarakat tentang malnutrisi dapat meningkat dan menghasilkan generasi yang lebih sehat dan produktif.
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, menegaskan bahwa malnutrisi dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan dan sering kali terdiagnosis terlambat, hal ini berdampak pada morbiditas dan kematian.
"Malnutrisi sering kali terjadi underdiagnosis, sehingga penanganan menjadi terlambat dan ini berdampak pada kegagalan dalam proses penyembuhan dan berujung pada peningkatan morbiditas dan kematian," jelas Prof. Ari.
Untuk mencapai target pemerintah menuju Indonesia Emas 2045, diperlukan keterlibatan semua pihak meliputi pemerintah, organisasi non-pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat umum, dalam upaya mengentaskan malnutrisi.
Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH berkomitmen untuk berkontribusi melalui berbagai inisiatif untuk mencegah malnutrisi, karena gizi memegang peran penting dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
Menurutnya, pencegahan malnutrisi adalah langkah krusial untuk pertumbuhan dan perkembangan anak serta kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
"Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-profit, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan malnutrisi,” pungkasnya.
Baca Juga: Cegah Malnutrisi pada Anak dengan 7 Cara Ini, Salah Satunya Kurangi Garam
(*)
Ken Devina